Find Us On Social Media :

Dijuluki Raja Kapal Indonesia, Ini Dia Sosok Soedarpo Sastrosatomo, Kakek Mertua Lulu Tobing yang Turut Andil dalam Sejarah Perjanjian Linggarjati

By Sintia N, Jumat, 18 Juni 2021 | 11:22 WIB

Soedarpo Sastrosatomo,

GridPop.ID - Kabar mengejutkan baru-baru ini datang dari artis senior Lulu Tobing.

Bak sambaran gledek di siang bolong, Lulu Tobing dikabarkan menggugat cerai suaminya, Bani Mulia.

Padahal pernikahan Lulu Tobing dengan cucu raja kapal Indonesia, Soedarpo Sastrosatomo itu baru berusia seumur jagung.

Lulu Tobing dan Bani Mulia menikah pada Agustus 2019 lalu, yang artinya belum genap 2 tahun keduanya membina rumah tangga.

Baca Juga: Tetap Kece Badai Dengan Perut Kian Membuncit, Gaya Nagita Slavina Hamil Saat Hadiri Acara Launching Helikopter Curi Perhatian, Harga Sepatunya Sukses Buat Netizen Auto Mules

Melansir Tribunnews.com, kabar perceraian Lulu Tobing dan Bani Mulia itu terungkap dari sebuah postingan di akun Instagram @lambe_turah, Kamis (17/6/2021).

Dari postingan itu terlihat bahwa Lulu Tobing telah resmi mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Gugatan cerai pemeran film Dua Garis Biru itu tercatat didaftarkan oleh kuasa hukumnya, Sugiyarto pada 18 Mei 2021.

Terkait kabar perceraian Lulu Tobing dan Bani Mulia, sosok sang kakek Soedarpo Sastrosatomo yang dijuluki sebagai Raja Kapal Indonesia pun mendadak ikut jadi sorotan.

Dilansir melalui Sosok.ID dari laman Wikipedia.org, Soerdarpo Sastrosatomo adalah seorang diplomati ulung, serta juru runding di beberapa perjanjian saat awal kemerdekaan Indonesia.

Pria kelahiran Pangkal Susu, Langkat, Sumatera Utara, pada 30 Juni 1920 ini adalah pendiri perusahaan dimana suami Lulu Tobing menjabat jadi dirutnya.

Baca Juga: Biodata Artis Lulu Tobing, Ratu Sinetron Indonesia yang Dikabarkan Gugat Cerai Raja Kapal di Usia Pernikahan Seumur Jagung

Soedarpo adalah anak dari Mas Sadeli Sastrosatomo dan Rd. Ngt Sarminah asal Klaten, Jawa Tengah.

Ayahnya bekerja sebagai petugas jawatan garam dan candu di kawasan Sumatera sekitar tahun 1920-an.

Tahun 1929 saat ia berusia 9 tahun, sang ayah mangkat.

Soedarpo kecil bersama kedelapan saudaranya kemudian dibawa kembali ke Klaten.

Ia mengenyam pendidikan MULO dan AMS pada masa penjajahan Belanda di Yogyakarta.

Di AMS inilah ia bertemu dengan sahabatnya yang kelak jadi wartawan kawakan, Rosihan Anwar.

Baca Juga: Diisukan Cerai Usai 2 Tahun Nikahi Lulu Tobing, Inilah Sosok Bani M Mulia yang Miliki Latar Belakang Tak Main-main hingga Bawahi 80 Perusahaan Mentereng

Singkat cerita, Soedarpo muda melanjutkan pendidikannya di Ika Daigaku (Fakultas Kedokteran UI pada masa pendudukan Jepang).

Disana sepakterjangnya sebagai aktivis kemerdekaan dimulai, bersama dengan Soedjatmoko dan kakaknya, Soebandio Sastrosatomo mereka sering melancarkan aksi protes terhadap Jepang.

Salah satunya aksi mogok massal bersama kelompok mahasiswa Asrama Prapatan 10 dan Asrana Mahasiswa Kedokteran Ika Daigaku pada bulan Juni 1945.

Hingga mereka dipanggil oleh Sutan Syahrir dan beberapa tokoh nasional masa itu karena aksi mereka tersebut.

Kedekatan Soedarpo dan sahabatnya Soedjatmoko membawa mereka masuk dalam jajaran pekerja Kementrian Penerangan di awal kemerdekaan Indonesia di bawah Perdana Menteri Sutan Syahrir.

Bahkan sepak terjang keduanya dianggap sebagai sebuah pasangan emas oleh wartawan senior Rosihan Anwar.

Baca Juga: Jodoh Gak Kemana, Mantan Kekasih Ratu Rizky Nabila yang Dulunya Sempat Kesalip Alfath Fathier Tetiba Nongol: Dia Nungguin Aku

Dalam suatu kesempatan Rosihan Anwar pernah berkata bahwa sahabat masa sekolahnya, Soedarpo, bersama dengan Soedjatmoko menjadi diplomat handal kepunyaan Indonesia.

Dalam buku berjudul "Biografi Soedarpo Sastrosatomo", karangan Rosihan Anwar, kakek dari Bani M Mulia adalah penghubung antara Sutan Syahrir dengan Soekarno-Hatta ketika perundingan Linggarjati sedang berlangsung.

Baca Juga: Penuhi Panggilan Polda Metro Jaya dan 4 Jam Lamanya Jalani Pemeriksaan, Lucky Alamsyah Berharap Permasalahannya Tak Merembet Kemana-mana: Mudah-mudahan

Dari meja perundingan di tanah air, karir diplomasi Soedarpo berlanjut ke New York, Amerika Serikat.

Menurut Rosihan Anwar pada 1948 bersama LN Palar, Soemitro dan Soedjatmoko, Soedarapo ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia sebagai atase pers.

Di negeri Paman Sam, Soedarpo dan Soemitro meminta dukungan pemerintah Amerika atas kedaulatan Indonesia.

Namun karir politik Soedarpo muda terhenti ketika ia secara resmi mengajukan permohonan berhenti sebagai diplomatik saat Ali Sastroamidjojo menjabat menjadi Dubes di Amerika tahun 1950.

Kisah unik dari Soedarpo adalah sebelum ia mengundurkan diri jadi diplomat Indonesia di AS, ia sempat berkeliling Indonesia selama tiga bulan untuk mengamati bisnis apa yang bisa ia jajaki apabila keluar dari dunia politik.

Baca Juga: 10 Tahun Berusaha Sembuhkan Luka Hati Akibat Dibully, Cinta Laura Akui Sangat Terpukul: untuk Apa Aku Berada di Negara yang Ingin Menjatuhkan Aku?

Nasib baik dipihak Soedarpo, dengan usaha yang cukup keras dan kegigihan yang tak terhenti akhirnya ia sedikit demi sedikit bisa membangun bisnis yang luar biasa sukses.

Bahkan perusahaan yang ia dirikan PT. Samudera Indonesia menjadi perusahaan besar, bahkan aset yang dimiliki oleh perusahaan keluarga Soedarpo Sastrosatomo ini diperhitungkan di kancah Internasional.

Dilansir dari Forbes.com, tercatat aset kekayaan bisnis milik keluarga Soedarpo Sastrosatomo pernah meraih peringkat 37 keluarga terkaya versi Forbes tahun 2006.

GridPop.ID (*)