GridPop.ID - Pasien Covid-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan dihimbau melakukan isolasi mandiri di rumah saja.
Hal ini dikarenakan, pasien tanpa gejala dan bergejala ringan bisa itu dapat disembuhkan utamanya dengan mengonsumsi makan-makanan bernutrisi secara cukup dan seimbang.
Konsumsi tambahan bagi pasien isolasi mandiri adalah ragam multivitamin seperti vitamin C, vitamin D, vitamin B, dan Zinc.
Tidak hanya itu, istirahat yang cukup, rajin berjemur, mengelola stres dan emosi diri, serta mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter penanggung jawab atau petugas dari fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat menjadi modal penting.
Namun, ternyata ada beberapa obat yang harus dihindari dan tidak disarankan untuk dikonsumsi saat jalani isolasi mandiri di rumah.
Melansir dari Kompas.com, berikut ini deretan jenis obat yang harus dihindari pasien Covid-19 saat isolasi mandiri di rumah.
1. Antibiotik tanpa resep dokter
Para ahli dan juga WHO menegaskan agar masyarakat terutama pasien Covid-19 tidak asal mengonsumsi obat-obatan yang hanya diketahui berdasarkan cerita-cerita yang menyebar luas di media sosial tanpa diketahui benar dan tidaknya, salah satunya antibiotik.
"Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan antibiotik. Covid-19 disebabkan oleh virus. Antibiotik tidak berdampak pada virus," jelas WHO.
Dokter akan meresepkan antibiotik hanya jika pasien Covid-19 memiliki gejala yang disebabkan infeksi bakteri, dan itu butuh analisis yang pasti oleh dokter.
2. Hidroksiklorokuin
Hidroksiklorokuin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Meski pada awalnya obat yang satu ini diisukan dapat mengobati pasien Covid-19, tetapi dalam hasil pengujian atau risetnya menunjukkan bahwa obat itu tidak memiliki efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi Covid-19 dan bahkan dapat meningkatkan risiko kematian.
Sehingga, jangan coba-coba untuk mengonsumi obat malaria yang satu ini saat terinfeksi Covid-19.
3. Lopinavir Obat
Lopinavir adalah kombinasi obat antivirus yang digunakan sebagai obat pendukung untuk menangani infeksi HIV.
Sehingga, Lopinavir menjadi obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiretroviral (ART) untuk orang dengan HIV.
Ilmuwan Inggris dari Universitas Oxford yang menjalankan uji coba RECOVERY pada bulan Juni mengatakan bahwa hasil awal menunjukkan tak ada manfaat dari obat lopinavir-ritonavir dalam menurunkan risiko kematian pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
4. Ivermectin
Berdasarkan daftar obat-obat yang dikeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak ada obat Ivermectin di dalamnya.
Melansir dari Kompas.com, (2/7/2021), Kepala BPOM Penny K Lukito menyampaikan bahwa Ivermectin adalah obat keras yang tidak boleh dibeli secara perseorangan tanpa resep dokter, dan tidak bisa diperjualbelikan tanpa distribusi obat yang baik.
Penny juga menegaskan, penggunaa Ivermectin saat ini hanya untuk cacingan dan infeksi cacingan.
Sehingga, masyarakat tidak boleh menggunakan obat ini secara sembarangan untuk mengobati penyakit apalagi mencegah Covid-19.
5. Remdesivir
Obat berikutnya yang tidak direkomendasikan WHO untuk pengobatan pasien Covid-19 adalah Remdesivir.
WHO saat ini belum merekomendasikan penggunaan remdesivir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, apa pun tingkat keparahan penyakitnya, karena belum ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa penggunaannya bermanfaat.
Kendati demikian, covifor remdesivir sudah mendapat persetujuan EUA dari BPOM Indonesia dalam pengobatan pasien Covid-19.
6. Steroid
Jenis obat berikutnya yang tidak boleh dikonsumsi atau harus dihindari pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah adalah steroid.
Salah satu jenis steroid yang sempat diklaim mampu meningkatkan potensi kesembuhan pasien Covid-19 adalah Deksametason.
Namun, Infectious Disease Society of America, obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dalam kasus Covid-19 yang ringan karena dapat membatasi kemampuan tubuh untuk melawan virus.
"Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan steroid: Penggunaan berlebih steroid dapat berdampak serius dan mengancam nyawa, termasuk infeksi mukormikosis (jamur hitam)," jelas WHO Indonesia.
Pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang adalah salah satu kunci untuk tetap sehat, bahkan untuk orang yang terpapar Covid-19.
Kandungan dari beberapa jenis makanan berefek positif pada sistem kekebalan tubuh yang penting untuk mencegah dan melawan virus.
Namun di saat yang sama ada juga beberapa makanan yang perlu dihindari karena dapat berpengaruh negatif untuk kondisi tubuh.
Melansir dari Tribunnews berikut deretan makanan dan minuman yang harus dihindari saat terpapar Covid-19
1. Konsumsi Garam Berlebih
Peradangan dapat menjadi faktor risiko dalam tingkat gejala Covid-19.
Konsumsi garam yang berlebihan dapat memperburuk peradangan pembuluh darah.
WHO merekomendasikan agar kita mengonsumsi garam kurang dari lima gram per hari.
Baca Juga: Bantu Pembentukan Imun Maksimal, Hindari Mengonsumi 4 Jenis Makanan Ini Sebelum dan Sesudah Vaksin
2. Konsumsi Gula Berlebih
Sama seperti garam, meminimalkan konsumsi gula juga dapat membantu mengurangi peradangan.
WHO merekomendasikan untuk mengkonsumsi gula sebagai asupan dari energi sekitar 6 sendok teh untuk orang dewasa.
3. Makanan Berlemak
Hal yang perlu dihindari selanjutnya adalah makanan berlemak khususnya lemak jenuh.
Lemak jenuh adalah unsur lain yang dapat meningkatkan peradangan, mengingat lemak jenuh menyebabkan peradangan pada jaringan lemak.
4. Hindari Makanan atau Minuman Mengandung Alkohol
Dikutip dari situs WHO, Alkohol bukan hanya zat yang dapat menghilangkan kesadaran dan membuat ketergantungan.
Alkohol tidak memiliki batas aman untuk dikonsumsi dan menkonsumsi alkohol juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Konsumsi alkohol juga diketahui meningkatkan gejala depresi, kecemasan, ketakutan, dan kepanikan.
GridPop.ID (*)