GridPop.ID - China yang dikenal sebagai Negeri Panda ini memiliki sejarah yang mengerikan tentang kanibalisme.
Dibalik terkenal dengan ambisinya yang ingin menjadi negara terkuat di dunia.
Banyak yang tak menyangka bahwa China punya sejarah yang mengerikan yang tujuannya untuk menghilangkan semua oposisi.
Melansir dari Tribunnews, Kanibalisme yang sempat terjadi, adalah hal terburuk yang terjadi selama Revolusi Budaya akhir 1960-an.
Semua profesional, mulai dari dokter, guru, sampai pengacara, menjadi sasaran pembersihan besar-besaran kelas menengah.
Mereka ditakutkan akan jadi penentang Mao Zedong suatu hari nanti.
Tetapi pada puncak histeria ekstrem, beberapa korbannya dimangsa dalam "perjamuan daging" yang mengerikan, yang dipicu semangat perjuangan kelas yang diubah sedemikian rupa, dan digunakan untuk mengekspresikan kebencian.
Setelah revolusi dan memerintah China selama delapan tahun, pada tahun 1958, Pemimpin China Mao Zedong memutuskan sudah saatnya untuk "Lompatan Jauh ke Depan".
Tapi, hal ini nyatanya tak bisa menyelamatkan China dari keterpurukan Dilansir AFP, pada puncak hiruk-pikuk Revolusi Kebudayaan China, sejumlah orang yang dianggap "musuh", disantap dalam “perjamuan daging” yang mengerikan.
Satu dekade kekerasan dan kehancuran di seluruh China pun berlangsung, ketika konflik kelas yang dipimpin partai berubah menjadi kekacauan sosial.
Partai Komunis China, yang sejak lama memutuskan bahwa Mao "70 persen benar dan 30 persen salah", tidak mengizinkan diskusi penuh tentang peristiwa kanibalisme ini.
Padahal, peristwa ini banyak terjadi di Wuxuan, di wilayah paling selatan Guangxi, di mana jantung, hati, dan alat kelamin para korban dipotong dan dijadikan makanan.
Penulis Yang Jisheng mengatakan pada Guardian, bagaimana dia mengumpulkan kesaksian tentang kanibalisme untuk buku yang berjudul "Tombstone", yang dilarang di China.
"Orang-orang memakan mayat dan berjuang untuk mayat-mayat itu. Mereka memakan anak-anak mereka sendiri," ujarnya.
Awalnya, Yang tidak percaya itu terjadi.
Tetapi ketika dia mewawancarai orang-orang, dia menemukan bagaimana tetangga yang kelaparan memakan tetangganya, orang tua memakan anak-anak mereka, dan sebaliknya.
Massa perampok mendobrak masuk ke rumah-rumah dan membunuh orang-orang di dalamnya untuk diambil dagingnya."
"Orang-orang memakan mayat dan berjuang untuk mayat," tulisnya, dikutip Guardian.
"Di Gansu mereka membunuh orang luar, yakni orang asing lewat yang lewat, dan memakannya. Mereka juga memakan anak-anak mereka sendiri. Mengerikan. Terlalu mengerikan," tulisnya.
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia, aktivis hak asasi veteran yang berbasis di AS Harry Wu dari Laogai Research Foundation, menceritakan bagaimana pengalamannya membuatnya yakin bahwa kanibalisme memang terjadi dalam skala besar.
Dia berkata: "Baru-baru ini, saya telah menerima artikel lain. Ini adalah dokumen resmi yang dikirim untuk diteruskan ke kantor di provinsi Gansu."
"Ini menunjukkan kepada Anda, waktu dan unit kerja di pedesaan tempat orang-orang itu berada, beserta nama-nama yang terlibat, siapa yang mereka makan, dan bagaimana mereka memakannya."
"Contohnya yang satu ini: Ma Waiyou, dari komune Maiji, desa Xinmin. Status: petani biasa. Dia makan Chen Zaxi. Hubungan: pasangan. Dia makan istrinya sendiri. Dia menggali tubuhnya dan memasaknya.'"
"Ini yang lain: Yang Wenyi dan Yuan Shuying dari desa Houxiyan bersama total delapan orang, menggali tubuh seorang anak, memasak dan memakannya," ujar Wu, memberi contoh kengerian dalam data yang benar-benar tercatat.
Hal ini juga dikonfirmasi dalam sebuah wawancara dengan AFP.
Seorang anggota berpangkat tinggi dari penyelidikan resmi rahasia awal tahun 1980-an terhadap barbarisme yang disponsori Mao yang tak mau disebut namanya, mengungkapkan kengerian itu.
"Semua kanibalisme disebabkan perjuangan kelas yang dipelintir dan dipakai untuk mengekspresikan semacam kebencian," ujarnya.
"Pembunuhan itu mengerikan, lebih buruk dari binatang buas," tambahnya.
Sorang anggota tim penyelidik senior yang berusaha menyebarkan kesadaran akan masa lalu kelam ini, juga mengaku pada AFP bahwa usahanya telah ditekan Kader tersebut pernah menulis sebuah artikel untuk majalah China liberal bersirkulasi kecil, menjelaskan temuan investigasi itu.
Baca Juga: Ubah Wisma Atlet Jadi RS Darurat untuk Lawan Covid-19, Menteri PUPR: Seratus Persen Sudah Selesai
Puluhan ribu orang disebutnya tewas, dengan lebih dari 100 orang mengambil bagian dalam kanibalisme.
Pensiunan pejabat regional menanggapi dengan kecaman tertulis yang dikirim ke badan-badan tinggi Komunis, menuduhnya memalsukan fakta.
Pejabat itu juga menuntut agar dia mengajukan kritik diri, memperbaiki kesalahannya, dan meminta maaf secara pribadi.
“Mereka bilang saya anti-partai, anti-sosialis, anti-Pemikiran Mao Zedong,” katanya, dilansir AFP.GridPop.ID (*)