GridPop.ID - Kejadian tak terduga terjadi di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
Sebuah ambulans menerobos masuk ke halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
Di balik aksi nekat tersebut ternyata ada seorang wanita berjuang untuk menyelamatkan anggota keluarganya yang sudah ditolak beberapa rumah sakit.
Diberitakan Kompas.com, diungkpakan seorang wanita keluar dari ambulans terebut dan berteriak mengeluhkan kondisi anggota keluarganya yang sakit.
Hal ini pun dibenarkan oleh Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kalimantan Timur, Kadir yang menjadi saksi atas insiden tersebut.
Menurut Kadir, awalnya ia merasa terkejut saat melihat ambulans masuk ke dalam halaman kantor.
"Kami kaget karena masuk ke sini," kata Kadir, Jumat (23/7/2021).
"Dia mengeluhkan bahwa keluarganya sakit, dan meminta agar bisa dilayani dan diperiksa. 'Kalau memang Covid-19 oke kami akui.
Tapi jangan ditolak begini ucap pihak keluarga ke kami'," kata Kadir menirukan suara ibu tersebut.
"Tadi katanya mereka sudah ditolak lima sampai enam rumah sakit tadi. Salah satunya yang terakhir itu RS Dirgahayu," lanjutnya.
Tak tinggal diam, Kadir bersama beberapa rekannya yang bertugas, langsung membantu ibu tersebut untuk mencari rumah sakit.
"Setelah sampai Alhamdulillah direspons baik oleh pihak keamanan dan medis di sana," kata Kadir.
Dijelaskan Kadir, belum diketahui apakah pasien yang dibawa ke kantor Gubernur Kalimantan Timur itu terjangkit Covid-19 atau tidak.
"Kalau saya lihat kondisi beliau itu memang napasnya sudah sesak. Cuma kami tidak tahu, kalau pihak keluarga maunya diperiksa dulu, jangan ditolak," sebut Kadir.
Saat diselidiki lebih lanjut, wanita yang berteriak itu bernama Siti Sumirah, dan pasien yang dibawa adalah kakaknya.
"Itu rasa sakit hati saya karena lihat kakak saya ditelantarkan begitu saja. Tidak dilayani seperti layaknya pasien lainnya. Pasien lain dilayani kenapa kakak saya tidak," ucap Siti.
Saat ke RS Dirgahayu, RSUD IA Moeis, RS SMC, RS Bhakti Nugraha, RS Hermina kakak Siti ditolak.
Baca Juga: Bikin Geger Warga, Makam Pasien Covid-19 di Depok Amblas Akibat Peristiwa Ini, Begini Penampakannya
"Alasan penolakan karena habis tidak ada tempat, serta oksigen tidak ada. Terus saya bilang saya bawa oksigen, mau berapa akan saya kasih.
Tetapi mereka menolak bahkan tidak mau melihat pasiennya. Jadi mereka hanya bilang tidak ada," tegas Siti Sumirah.
Kasus serupa pernah terjadi di Kota Bandung, di mana seorang wanita meninggal dunia di dalam boli taksi online.
Dilansir Tribunnews.com diungkapkan pasien wanita itu meninggal dunia setelah dirinya ditolak oleh dua rumah sakit, dan upaya untuk mengevakuasi pasien tersebut terhalang penyekatan jalan.
Penyekatan jalan yang tujuannya untuk menanggulangi Covid, dalam hal ini justru malah menghalangi usaha warga yang membutuhkan pertolongan medis.
Komisi V DPRD Jawa Barat asal Partai Demokrat, Asep Wahyuwijaya menyesalkan hal itu.
"Pelaksanaan PPKM Darurat dengan cara penutupan jalan harusnya dilakukan dengan proporsional. Jangan lantas ditutup terus ditinggalkan, apalagi tidak semua pasien yang kondisinya kritis selalu dibawa ambulance kan? Bisa jadi ada yang pake mobil pribadi, taksi online atau bahkan gojek," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (9/7/2021).
Menurutnya, dengan adanya petugas yang bersiaga di titik penyekatan, justru diharapkan dapat turut membantu memperlancar laju kendaraan yang mengangkut pasien, terutama pasien berstatus darurat untuk segera tiba di tempat tujuan, yaitu rumah sakit.
"Jadi mestinya, menurut hemat saya, saat jalan ditutup tetap harus ada yang menjaga, siapa tahu ada pasien kritis yang ingin lewat. Karena ada petugas yang stand by di sana, justru kendaraan yang mengangkut pasien mendapatkan prioritas, jangan malah jadinya terpaksa harus muter-muter cari rute alternatif lain yang semakin lama, dan akhirnya justru pasien semakin terlambat tertangani rumah sakit," ucapnya.
GridPop.ID (*)