GridPop.ID - Ini kisah tak biasa dari seorang dokter.
Dokter Rajiv Parti adalah seorang ahli anestesi.
Selama kariernya sebagai dokter di Amerika Serikat, dia sudah terlibat dalam banyak sekali operasi.
Selama itu pula, dokter asal India ini sering mendengar cerita pasien seusai operasi.
Menurut Rajiv, para pasien itu sering cerita, selama operasi mereka bisa melihat para dokter dan perawat bekerja pada tubuhnya.
Mereka juga sering cerita bertemu teman atau keluarga yang sudah meninggal dalam pengaruh obat bius atau sedang dioperasi.
"Saya melihat kalian di ruang operasi. Saya keluar dari tubuh saya, melayang. Saya melihat kamu berdiri di ujung meja operasi dan melihat dokter menjahit perut saya."
Itulah salah satu kisah pasien yang dituturkan Rajiv.
Rajiv tentu tak percaya dan menganggapnya sebagai omong kosong.
Sebab, secara medis dan ilmiah, mereka tak bisa apa-apa lagi karena detak jantunnya berhenti, kepalanya dibungkus es dan otaknya tak berfungsi.
Dilansir dari GridPop.ID (13/9/2019), Rajiv mengaku bahwa ia adalah orang yang materialistis.
Selama 25 tahun, kariernya sebagai dokter naik pesat. hingga kekayaan juga cepat melimpah.
Dia menjadi Kepala Anestesi Bakerspield Heart Hospital, California, AS. Apalagi, dia juga ikut mendirikan sebuah klinik.
Dia jual rumah sederhananya menjadi rumah bagus, bahkan kemudian bisa membeli mansion.
Rajiv yang dulu hanya mengendarai mobil Jepang, kemudian bisa membeli Porche dan Hummer.
Bahkan, dia sudah merencanakan akan membeli Ferrari, sebelum akhirnya dia jatuh sakit dan didiagnosis kena kanker prostat pada 2008.
Dia marah kepada Tuhan.
"Apa yang sudah saya lakukan sehingga mendapat penyakit ini?" protesnya.
Sempat menjalani 5 operasi, dia kemudian harus menjalani operasi lagi, dibius total, dan dibedah tubuhnya.
Operasi terakhir ini yang mengubah hidup dan keyakinannya.
Sekarang, dia merasakan sendiri bagaimana keadaannya saat hidupnya di ujung tanduk dan tergantung pada operasi.
"Tiba-tiba, saya sadar sedang berubah perpektif. Saya masih di meja operasi, tapi pada saat yang sama saya bisa melihat ibu dan adik perempuan saya duduk di sofa di rumah keluarga."
"Ribuan kilometer di sana, di New Delhi, tempat saya tumbuh," lanjutnya.
"Semuanya sangat detail. Adik saya memakai jeans dan sweater merah. Ibu saya mengenakan baju sari hijau dan sweater hijau. Bahkan, saya mendengar ibu saya meminta sop," katanya.
"Kemudian, saya seperti di sebuah tempat. Saya takut dan mendengar teriakan-teriakan kesakitan dan kesedihan."
"Saya terseret ke situ dan berada di pinggir lembah dengan api membara. Saya kemudian tahu bahwa saya berada di pinggir neraka," uajrnya.
"Saya mencoba menjauh. Tapi selalu saja ada yang mendorong saya ke arah neraka."
"Kemudian ada suara, 'Kamu punya hidup sangat materialistis dan egois.'"
"Saya tahu, kata-kata itu benar dan saya merasa malu. Sudah lama saya kehilangan empati," aku Rajiv.
Setelah melewati periode sulit dan aneh, Rajiv akhirnya memutuskan pensiun dari Bakersfield Heart Hospital.
Dia menjual semua kekayaannya, termasuk mansion, mobil mewah, dan banyak materi berharga lainnya.
Istrinya mendukungnya.
Dia kemudian mendirikan tempat praktek kesehatan untuk membantu orang yang sakit berobat, tanpa memikirkan materi.
Ia ingin banyak menghabiskan waktu pada pengabdian kemanusiaan.
"Saya bisa melihat para dokter mengoperasi saya."
"Apakah itu benar-benar saya?" "Saya heran kenapa bisa ada di dua tempat," tutur Rajiv.
Rajif tahu betul dan merasakan nikmatnya berbagi dan tahu betul bahayanya hidup materialistik dan egois.
Baginya, cukup mendapat pengalaman melihat neraka dan dia tak ingin masuk ke dalamnya.
GridPop.ID (*)