Find Us On Social Media :

Setahun Lebih Belajar Online, Sejumlah Siswa SD Kelas II di Tangerang Selatan Belum Bisa Membaca, Wali Kota Tangsel Pikirkan Alternatif Ini

By Lina Sofia, Selasa, 14 September 2021 | 18:16 WIB

Ilustrasi anak sekolah online

GridPop.ID - Semenjak dimulainya sistem pembelajaran online yang terpaksa harus dilakukan selama masa pandemi Covid-19 ini menuai pro dan kontra.

Akibat terlalu lama belajar online tak jarang memicu munculnya dampak yang langsung dirasakan  pada anak maupun orangtua.

Kondisi ini membuat banyak orangtua kewalahan, khususnya di tengah kesibukan bekerja secara daring dan kecemasan akan pandemi yang tak juga berakhir.

Tak heran jika ada anak yang merasa stres karena dipaksa mengikuti sistem yang tidak ideal ini.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi memberikan tanggapannya.

Dilansir dari Kompas.com, dia mengatakan, belajar daring seharusnya memberikan pengalaman bermakna untuk anak tanpa terbebani kurikulum pendidikan.

"Saat ini kita harus fokus pada kurikulum kehidupan, bagaimana supaya anak bisa menghadapi pandemi." Demikian kata Seto saat berbicara dalam konferensi pers virtual “Peluncuran Gerakan Sosial #Ayo Tunjuk Tangan, Dukung Kemajuan Anak Indonesia”, Senin (16/08/2021).

Orangtua harus mengatur agar saat ini anak dapat menumbuhkan karakternya dari dalam.

Menurut dia, proses belajar online seharusnya hanya memberikan pengalaman belajar kepada anak tanpa harus membebani.

Baca Juga: Bikin Mewek! Kisah Pilu 2 Bocah SD yang Terpaksa Bobol Celengan Hasil Menabung 2 Tahun Demi Bisa Beli HP untuk Sekolah Online

Selain itu, dampak yang dirasakan anak-anak dari pembelajaran online ini akhirnya terjadi pada siswa SD di Tangerang Selatan yang ternyata masih belum bisa baca.

Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie, akan mengevaluasi sistem pembelajaran siswa SD di wilayahnya itu.

Dilansir dari Tribun Jakarta, karena kesulitan belajar online saat kelas I, banyak siswa kelas II yang belum bisa membaca.

"Ya enggak apa apa, itu jadi masukan nanti hal hal tersebut supaya disampaikan oleh orang tuanya komunikasinya sama persatuan orang tua murid sampaikan ke gurunya nanti, ada evaluasi apakah pelajarannya khusus membaca atau seperti apa," jawab Benyamin melalui sambungan telepon, Senin (13/9/2021).

"Tapi nanti saya bahas sama kepala dinas pendidikan deh Itu jadi bahan masukan kita," tambahnya.

Benyamin memikirkan sejumlah pilihan untuk merespons kondisi terkait kemampuan membaca siswa itu.

"Ya itu nanti jadi bahan evaluasi untuk apakah diperlukan pelajaran tambahan khusus masalah menulis dan membaca untuk kelas I dan kelas II," kata dia.

Seperti diberitakan Tribun Jakarta sebelumnya, belajar online atau daring di rumah membuat banyak siswa kelas I dan II belum bisa baca.

Untuk kelas II, siswa tidak merasakan belajar membaca secara langsung di kelas, sehingga sulit mengembangkan kemampuan mengenal huruf.

Di SDN 01 Serua, Ciputat, dari 90 siswa kelas II, setengahnya belum bisa membaca.

"Ya kendalanya di kelas ya sudah pasti ya karena mereka sudah setahun kan sekolah online. Ya otomatis gurunya super ekstra."

Baca Juga: Gelar PTM Terbatas, 54 Siswa SMA Ini Positif Covid-19 dan Mesti Jalani Isoman, Begini Penjelasan Satgas Covid-19 Terkait Siapa yang Pertama Kali Terinfeksi

"Kalau menurut Bu Gurunya, hampir 50%, setengahnya. Kelas satu yang naik kelas dua nih. Karena kelas satu baru berjalan nih," ujar Sri Yuliati, Kepala SDN Serua 01.

Sedangkan untuk kelas I, Yuliati tidak menyebutkan prosentase, namun jumlahnya cukup banyak.

Hal itu lantaran banyak siswa kelas I yang sebelumnya tidak sekolah Taman Kanak-kanak (TK).

Pun bagi yang sekolah TK, pembelajaran juga tidak maksimal karena dilalakukan secara online. Hal itu tidak menjamin siswa bisa membaca.

"Kalau kelas I memang baru belajar. Tapi kalau dia dari TK bisa baca. Cuma kan ini kebanyakan enggak dari TK. Iya kelas I mayoritas (enggak bisa baca)," kata Yuliati.

Hal yang sama diutarakan Nina Sri Hastuti, guru Bahasa Inggris di SDN Pondok Cabe Ilir 02, Pamulang.

Nina mengatakan, dari sekira 100-an siswa kelas I, 90% di antaranya belum bisa baca.

"Terus kelas I sekarang, hampir 90% tidak bisa baca. Kalau tahun kemarin masih mending ya, adalah 70% sudah bisa baca."

"'Susah benar, enggak ada yang bisa baca' karena TK juga enggak sekolah kan, langsung SD," kata Nina.

Sementara, untuk kelas II, Nina tidak menyebutkan jumlah siswa, namun menurutnya jumlah siswanya yang belum bisa baca cukup banyak.

"Kendalanya nih, yang kelas II, banyak yang belum bisa baca, karen kemarin setahun kelas I-nya enggak ada tatap muka, susah," pungkasnya.

Baca Juga: Tanggapi Curhatan Kepsek Riau yang Rindu Pembelajaran Tatap Muka, Jokowi Beri Syarat dan Sampaikan Pesan Penting Ini untuk Seluruh Pelajar

GridPop.ID (*)