Karena itu lanjut dia masyarakat harus kuat mental menghadapi perubahan peradaban manusia mendadak seperti sekarang ini.
"Kalau bicara peradaban dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, penggunaan tools teknologi lebih dominan daripada sebelummya," ungkapnya.
"Interaksi antar mamusia mesti bisa ketemu dengan virtual life, perlu adaptasi tools digital atau virtual, mau enggak mau dipaksa menggunakannya, hidup seperti itu sekarang juga ada real life and virtual life."
"Saya yakin ini berpengaruh dan melelahkan juga. Karna terlalu lama hidup virtual lebih capai daripada kehidupan riil. Mental harus kuat," ujar Evi.
Etnografer yang mendalami studi tentang masyarakat Papua ini juga menjelaskan saat ini juga ada gap jauh antara kalangan muda, remaja dengan kalangan tua.
Mereka kalangan muda mungkin bisa beradaptasi dengan kondisi seperti sekarang ini dimana seluruh kegiatan dilakukan dengan teknologi digital.
"Untungnya kalau anak muda bisa beradaptasi dengan teknologi mungkin orangtua ada gap. Indonesia rasanya cukup bisa mengejar meski terseok-seok karena secara infrastruktur belum memadai, beberapa jaringan suka down sementara. Buat orang meskipun efek kita terlalu tergantung karena mesti memikirkan," ujarnya.
GridPop.ID (*)