GridPop.ID - Ini kisah mencengangkan sekaligus menghebohkan warga desa Banjarejo, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sebanyak 4 orang wanita bersaudara baru ketahuan warga jika ternyata selama ini disekap oleh ibunya sendiri.
Yang lebih mencengangkan lagi, 4 wanita itu sudah bukan lagi anak muda lantaran usianya berkisar 36 hingga 45 tahun.
Kasus penyekapan ini perlahan mulai terkuak setelah ada satu anak yang berhasil kabur keluar dari rumah dan bercerita kepada orang luar.
Melansir Suar.ID, ibu yang tega mengurung empat anak perempuannya itu adalah Artimunah (62).
Keempat anak kandung Artimunah masing-masing bernama Asminiwati (45), Titin Yuliarsih (42), Virnawati (40) dan Anis Mufidah (36).
Semua anak Artimunah tersebut tidak bekerja dan berjenis kelamin perempuan.
Artimunah hidup hanya dengan empat orang anaknya, setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun silam.
Ada cerita menarik dari satu di antara keempat anak korban penyekapan Artimunah tersebut.
Dikatakan Camat Pakis, Agus Harianto, si sulung yang bernama Asminiwati ternyata dulunya sempat menjadi kembang desa saat dia masih duduk di bangku SMA.
Asminiwati, lanjut Agus, dulu memang sempat bekerja di Batam dan beberapa kota lain di Indonesia.
Sehingga ketika dia disekap, warga tidak mengetahuinya dan mengira Asminiwati masih berada di luar kota.
Agus mengatakan, seluruh anak Artimunah yang disekap adalah tamatan SMA.
Alasan sang ibu melakukan penyekapan terhadap 4 orang anaknya diduga karena mengikuti saran seorang guru spiritual.
"Infonya, ibunya didatangi seorang guru spiritual. Anak-anaknya didoktrin untuk tidak keluar rumah, dan manut (nurut)," ujar Kasubag Humas Polres Malang, AKP Ainun Djariyah ketika dikonfirmasi Tribun Jatim.
Ainun menambahkan, ternyata putri bungsu Artimunah, Anis Mufidah (36) berhasil keluar rumah.
Keberhasilannya ini kemudian diketahui oleh salah satu warga, dan dilaporkan ke pihak aparat desa.
"Anak terakhir sempat keluar rumah dan cerita ke tetangga. Akhirnya, tetangga melaporkan ke desa, lanjut lapor ke Polsek Pakis," ungkap Ainun.
Akibat penyekapan tersebut, keempat anak Artimunah diduga mengalami depresi.
Artimunah bersama keempat anaknya itu pun langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang.
"Anak yang pertama dan ke empat bisa diajak komunikasi, berbeda dengan anak yang ketiga dan kedua yang sempat berontak."
"Mereka tetap dievakuasi ke RSJ Lawang. Diperkirakan, penyekapan tersebut selama bertahun-tahun," beber Ainun.
Artimunah dan dua anaknya yang lain, Asminiwati dan Virnawati telah dipulangkan dan hanya rawat jalan.
Tetapi meski telah dipulangkan dari RSJ Lawang, pagar dan pintu rumahnya tertutup. Tidak terlihat ada aktivitas di dalamnya.
Tetangga Artimunah juga bungkam.
Sementara itu, Camat Pakis, Agus Harianto, tidak dapat memberi keterangan lebih lanjut perihal alasan Artimunah mengurung putrinya.
Ketika ditanya terkait aliran yang dianut Artimunah, dia mengaku tidak mengetahui secara pasti.
“Mungkin saja dikurung setelah suaminya meninggal, hanya perkiraan,” katanya.
Tragedi penyekapan atau pengurungan seseorang oleh keluarga memang bukan sekali ini terjadi di Indonesia.
Bahkan pada beberapa kasus, seseorang itu tak hanya dikurung melainkan juga dipasung kaki atau tangannya.
Seperti yang dialami seorang wanita berinisial AM (45) asal Banjarnegara, Jawa Tengah ini.
Usut punya usut, rupanya AM yang dulunya berprofesi sebagai sinden ini mengalami gangguan jiwa.
Dilansir dari Kompas.com (14/8/2021), AM sempat dipasung di rumah orangtuanya di Desa Simbang, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kabarnya, perempuan itu telah dipasung selama dua bulan.
Kepada keluarga AM, Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono menuturkan bahwa akan membantu mengobati AM.
Ia pun mendatangi rumah tersebut untuk menjemput dan mengantar AM agar dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas.
Awalnya, AM sempat menolak dibawa ke rumah sakit. Akan tetapi, setelah dirayu, perempuan tersebut akhirnya bersedia.
GridPop.ID (*)