GridPop.ID - Tokoh Ismail Marzuki bukan lagi sosok yang asing di telinga masyarakat Indonesia.
Pasalnya namanya dikenal sebagai pahlawan nasional sekaligus maestro kenamaan Tanah Air.
Dilansir dari Kompas.com, semasa hidupnya, Ismail Marzuki dikenal sebagai komponis besar Indonesia yang sudah menciptakan lagu-lagu patriotik dan lagu kebangsaan Indonesia.
Salah satu lagunya yang sering dinyanyikan bertepatan dengan hari pahlawan adalah Gugur Bunga yang menjadi lagu wajib nasional.
Pria kelahiran Jakarta, 11 Mei 1914 ini juga merupakan pencipta dari lagu Halo Halo Bandung serta Rayuan Pulau Kelapa yang terpatri di hati banyak masyarakat Indonesia.
Meski Ismail Marzuki dinobatkan sebagai maestro Indonesia dan juga pahlawan nasional Indonesia, ini tidak menjadi jaminan akan kesejahteraan keluarga yang ia tinggalkan.
Anak semata wayang Ismail Marzuki yang bernama Rachmi Aziya (70) kini hidup dalam impitan ekonomi.
Di usia senjanya, Rachmi berjualan minuman es di pinggir jalan di depan rumah kontrakannya di daerah Sawangan, Depok, demi memenuhi kebutuhan hidup.
Kebanyakan pelanggan Rachmi adalah anak-anak.
Dibantu oleh anak bungsunya yang sudah berkeluarga, Rachmi mengaku mendapat keuntungan Rp 30 ribu setiap harinya dari berjualan minuman.
“Kalau uang engga cukup ya harus dicukupin,” ujar Rachmi, seperti dilansir Tribunnews.com via GridHot.ID.
Ia mengaku memilih berjualan minuman es karena modal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis itu tidak seberapa.
Baca Juga: Biodata Artis Asri Welas, Pemeran Tokoh Welas dalam Sitkom Suami-suami Takut Istri, Ternyata Keturunan Tokoh Pahlawan Nasional IniBaca Juga: Terkenal dan Punya Banyak Pengemar, 6 Artis Cantik Ini Ternyata Keturunan Pahlawan Nasional Indonesia, Ini Dia Sosoknya!
“Bisnis yang lain kan memerlukan dana yang besar Saya kayaknya masih jauh memikir ke situ,” imbuhnya.
Sebenarnya, Rachmi masih mendapatkan royalti dari produser lagu ayahnya.
Pemerintah juga memberikan bantuan untuk keluarga pahlawan nasional.
Ismail Marzuki meninggal pada 5 Mei 1958 di pangkuan istri, Eulis, dengan disaksikan Rachmi yang saat itu masih berusia 8 tahun.
Ismail Marzuki dimakam di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Pada batu nisannya dipahatkan lagu Rayuan Pulau Kelapa.
Beberapa puluh tahun setelahnya, pemerintah berniat untuk memindahkan makamnya ke Taman Makan Pahlawan di Kalibata.
Namun keluarga menolak dan menganggap jika hal tersebut bukanlah kepentingan yang mendesak.
Bagi pihak keluarga, di mana pun jasadnya dikubur, karya abadi Ismail Marzuki tetaplah bertumpu di hati rakyat Indonesia.
Rachmi menyebutkan, beberapa orang menawarkan diri menjadi perantara dirinya dengan pihak pengguna lagu Ismail Marzuki.
Di satu sisi, Rachmi sebenarnya menyadari telah dibohongi si perantara tersebut.
“Saya pernah ada orang urusin lagu bapak. Itu orang dekat sama saya. Belum lama, sebulan ini,” ujar Rachmi saat ditemui di rumahnya di kawasan Sawangan, Depok pada Rabu (10/11/2021) kemarin.
Saat itu nilai kontrak yang disampaikan ke Rachmi sebesar Rp 5.000.000. Sebagai tanda terima kasih, Rachmi pun memberikan jatah kepada perantara tersebut.
“Dia sudah ambil Rp 500.000. Itu lalu saya tambahin Rp 500.000 buat dia,” kata Rachmi.
Akhirnya Rachmi kian curiga setelah beberapa waktu kemudian dirinya menghubungi rekan si perantara, lantaran belum menandatangi surat izin pemakaian lagu.
Namun, perantara tersebut sulit dihubungi.
Di situ Rachmi mengetahui bahwa nilai kontrak penggunaan lagu ayahnya sebesar Rp 15.000.000, bukan Rp 5.000.000 seperti yang ditawarkan si perantara.
“Akhirnya saya tahu sebenarnya saya dibayar Rp 15.000.000, yang dikasih ke saya cuma Rp 4.000.000. Itu yang kasih tahu yang pakai lagunya,” kata Rachmi.
Peristiwa itu bukan satu dua kali terjadi. Selama masa pandemi Covid-19, Rachmi mengalami penipuan sebanyak tiga kali.
“Itu rata-rata orang sudah dekat yang ngelakuin. Saya sih enggak apa-apa. Asalnya bilang sudah ngambil uangnya. Saya sih udah enggak apa-apa,” ujar Rachmi.
Modus yang dilakukan pelaku adalah menjadi perantara izin pemakaian lagu Ismail Marzuki. Setelah itu, uang penggunaannya yang diberikan kepada Rachmi dikurangi.
Namun, Rachmi tak berniat menempuh jalur hukum. Ia pun percaya Allah SWT akan mengganti rezeki dan membalas perbuatan orang yang menipunya.
“Saya malas lah tempuh jalur hukum. Saya kan enggak punya duit. Nanti malah keluar duit kalau urus ke hukum. Udah gapapa. Dari situ saya belajar. Saya tahu dibohongin. Biar dari Allah aja. Saya sih santai aja,” tambah Rachmi.
GridPop.ID (*)