GridPop.ID - setiap orang tua tentu harus ekstra memperhatikan bayi yang masih kecil.Bahkan, bayi tidak bisa sembarang mengkonsumsi berbagai makanan.Para orang tua tentu harus cermat dan memperhatikan segala hal yang masuk ke dalam mulut bayinya.Pasalnya, beberapa waktu lalu seorang ibu menyesal setelah anaknya meninggal gegara tersedak makanan yang disukai banyak orang ini.Kasus terbaru muncul di Filipina, di mana seorang bayi laki-laki meninggal dunia,Dilansir oleh intisari online dari worldofbuzz.com, kisah ini awalnya beredar di Facebook pada tahun 2019 silam.Bayi Dean Adrian Villanueva Martin dilarikan ke rumah sakit terdekat pada tanggal 15 November pukul 5 sore.Hal ini dikarenakan bayi berusia 1 tahun 1 bulan ini tersedak akibat memakan produk jeli.Ketika sampai di rumah sakit, dia langsung didiagnosa sudah meninggal dunia.
Tetapi ajaibnya, dia hidup kembali setelah 26 menit.Hanya saja, sel otaknya perlahan mulai mati, ditambah dengan tidak ada aliran ke otaknya.Setelah mengalami koma selama 5 hari, organ-organnya perlahan mulai tidak berfungsi.Selain mengalami gagal jantung, Adrian juga mengalami jumlah hemoglobin rendah, pendarahan dan tingginya kadar gula.Namun setelah masa komanya bertambah sampai tanggal 22 November 2019, Adrian dinyatakan meninggal dunia.Posting di Facebook selain menunjukkan foto-foto Adrian, juga diisi dengan pembukaan donasi untuk membantu Adrian.Namun kini semua itu sudah terlambat.Bayi 40 Hari Meninggal Karena Tesedak PisangKejadian serupa juga sempat terjadi di Indonesia.Dilansir dari laman kompas.com, seorang bayi perempuan berinisial AH yang masih berusia 40 hari meninggal dunia akibat tersedak pisang saat disuapi oleh ibunya. Bayi tersebut meninggal pada Minggu (8/12/2019) dini hari setelah sempat dibawa ke Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ibu sang bayi, YS (27), mengaku memberikan sedikit potongan pisang kepada AH.
Ia tidak menduga apa yang dilakukannya justru membuat putrinya meninggal dunia. YS mengaku tak hanya memberikan ke AH, tetapi juga ke kembarannya. Namun, kembaran AH tidak mengalami masalah apa pun. Peristiwa ini memunculkan keprihatinan dan menyayangkan hal ini.Bayi seusia itu tak seharusnya diberikan makanan lain selain air susu ibu (ASI).Apa pelajaran dan refleksi yang bisa diambil terkait peristiwa ini? Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar menyatakan prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut. “Ini suatu pukulan tersendiri buat kita semua. Bagaimana seorang ibu bisa tidak tahu memberikan MPASI terlalu dini bisa seberbahaya itu,” kata Nia saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/12/2019). Pasalnya, kejadian tersebut terjadi di kota besar yang seharusnya fasilitas tenaga kesehatan dan akses informasi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada bayi seharusnya sudah didapatkan ketika ibu selesai persalinan.“Seharusnya ketika ibu keluar rumah sakit, sudah tahu misal cara menyusui yang baik gimana, cara menyusui gimana, boleh dikasih apa saja? Padahal harus tahu bayi eksklusif 6 bulan ASI. Sepertinya informasi tersebut tak tersampaikan dengan baik,” kata dia.
Menurut Nia, perihal ibu menyusui seharusnya bukan hanya tanggung jawab sang ibu, tetapi juga tanggung jawab suami sebagai ayah, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan pemerintah. Terkait kejadian yang menimpa AH, kata dia, tak bisa serta merta hanya menyalahkan si ibu. Nia mengatakan, setiap ibu hamil seharusnya sudah memahami informasi terkait menyusui saat dia hamil. Informasi itu, salah satunya, ketika bayi menangis tidak selalu berarti bahwa ia kekurangan ASI. Selain itu, informasi lain yang harus dipahami adalah cara payudara bekerja, mengenali posisi menyusui yang baik, dan mengerti bahwa menyusui itu butuh proses agar ASI bisa memenuhi dan sesuai permintaan bayi. “ASI itu baru keluar setetes, baru bertambah pelan-pelan beberapa hari kemudian. Informasi ini kelihatannya tak tersampaikan dengan baik ke ibu. Sehingga dia berasumsi si anak mesti dikasih ini biar enggak menangis,” ujar Nia.Belajar dari apa yang terjadi pada YS dan bayi AH, Nia mengimbau kepada para ibu hamil untuk memperbanyak pengetahuannya selama kehamilan. Salah satunya dengan dengan bergabung grup pendukung ibu menyusui seperti AIMI, dan memperbanyak membaca. Bisa juga bertanya ke bidan maupun mendatangi fasilitas kesehatan lain untuk meminta info sebanyak-banyaknya. Nia berpesan, seorang ibu harus proaktif, dan sebaiknya tak lelah untuk terus belajar. “Jadi orangtua pun perlu belajar, dan harus belajar karena juga harus jadi guru anak-anak kita,” kata Nia.
Baca Juga: Kecanduan Sabu, Emak-emak Ini Buat Polisi Kesal Dengar Alasannya Gunakan Barang Haram Tersebut, Begini PengakuannyaGridPop.ID (*)