“Cuman ternyata setelah saya jalani di sini, orang itu appreciate sama apa yang kita bikin gitu. Enggak melulu kayak oh sabun itu hanya utuk mandi, pakai sabun apa aja bisa, cari yang murah atau apa nggak, mereka benar-benar appreciate, 'oh ini benar-benar dibikin dengan sepenuh hati dengan bahan yang baik,' atau 'ini cantik,' seperti itu,” kata Siany.
Tidak hanya dari pelanggan, beberapa anggota keluarga Siany di Indonesia pun menjadi terdorong dan tersinspirasi untuk melanjutkan kembali usaha sabun yang sempat terhenti.
Bagi Siany, kunci utama dalam menjalankan bisnis ini adalah “dijalani saja.” “If it’s not good, it’s not the end yet,” katanya. “Kalau belum baik itu berarti belum berakhir.”
Diberitakan GridPop.ID sebelumnya, seorang pengusaha asal Blora, Jawa Tengah, bernama Ai Dudi Krisnadi, ini juga mempromosikan produknya di luar negeri.
Mengkombinasikan aspek lokal budaya dan sains, ia tekun menggeluti budidaya dan olahan berbagai produk ekspor dari daun kelor.
Setelah dari kegiatan di Filipina, banyak orang dari luar negeri yang datang ke Blora untuk mencari tahu dan membuktikan produk kelor yang dikembangkan oleh Dudi.
Ada yang jauh-jauh terbang dari Jerman, Israel, Arab Saudi, bahkan dari Amerika Serikat dan Kanada.
Saat awal menjalani bisnis tersebut, ia mengaku banyak menghadapi kendala.
Tak cukup dianggap gila, ia sempat diusir lantaran usaha tanaman kelornya yang luas. Kelor, bagi sebagian masyarakat, dikaitkan dengan perihal mistis.
Pria berusia 52 tahun itu lalu mengikuti simposium Moringa Internasional di Filipina untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia kelor dengan membawa produk coklat kelor.
GridPop.ID (*)