GridPop.ID - Penjual sapi ini menjadi sorotan beberapa waktu lalu karena tindakan bejatnya.Pasalnya, dirinya nekat mencabuli 5 gadis di bawah umur setelah diiming-imingi sejumlah uang.Alasan di balik tindakan bejatnya pun bikin elus dada.Dilansir dari laman Grid.ID, Seorang penjual sapi atau blantik di Tulungagung berinisial SA ditangkap polisi pada Rabu (20/05/2020) lalu.Pria 40 tahun itu ditangkap di rumahnya di Desa Jabon, Kecamatan Kalidawir, Tulungagung, Jawa Timur.Melansir dari Suryamalang.com, SA ditangkap karena kedapatan meniduri anak di bawah umur.Korbannya pun tak hanya satu, namun lima."Yang bersangkutan (SA) sudah kami amankan dan kami tetapkan sebagai tersangka," terang Kanit Reskrim Polsek Kalidawir Ipda Bambang Kurniawan.
Kepada para korbannya, tersangka memberikan iming-iming berupa uang kos sebesar Rp 450 ribu."Tersangka melakukan tipu daya dengan menjanjikan sejumlah uang agar korban mau menuruti kemauannya," terang Bambang.Namun, tersangka tidak pernah menepati janjinya.Misalnya saja kepada korban Melati, bukan nama sebenarnya, tersangka hanya memberikan Rp 40 ribu dari Rp 450 ribu yang ia janjikan sebagai uang kos.Polisi pun kini masih melakukan pengembangan untuk mengungkap korban-korban lain.Sementara itu ketika diintrogasi petugas, tersangka mengaku nekat melakukan aksi bejatnya karena sudah tidak tahan digoda hawa nafsu karena sang istri sedang bekerja di Malaysia.Empat Hal yang Bisa Memicu Pencabulan AnakKasus kekerasan seksual dan pencabulan pada anak hampir tak pernah sepi menghiasi pemberitaan media. Yang terbaru adalah terungkapnya kelompok paedofil di grup Facebook untuk bertukar foto dan video porno anak. Jaringan paedofil ini sudah beranggotakan lebih dari 7.000 orang lintas negara. Kemudahan akses internet mempermudah pemangsa mendapatkan anak-anak sebagai korbannya.Dikutip oleh kompas.com melalui situs childmolestationprevention.org disebutkan ada beberapa penyebab mengapa seseorang bisa menjadi pelaku pencabulan anak.
1. Mereka adalah anak atau remaja yang penasaran dengan seksualitas dan ingin mencoba. Sebagian remaja menggunakan anak yang lebih muda untuk mencari tahu tentang seks. Karena keluguannya, anak-anak mudah diyakinkan untuk melepas pakaiannya. Sebagian besar eksperimen itu biasanya berhenti setelah remaja beranjak dewasa.
2. Gangguan perkembangan. Beberapa pelaku kekerasan seksual adalah mereka yang mengalami gangguan kecerdasan, ada kelainan pada perkembangan otak, atau pun gangguan jiwa psikotik. Pengawasan yang ketat dan juga obat-obatan untuk mengontrol gangguan itu bisa mencegah tindakan pencabulan.3. Gangguan kepribadian anti-sosial. Anti-sosial di sini bukan berarti orang yang menyendiri. Seringkali pelaku adalah orang yang ramah dan mudah bergaul. Mereka disebut "anti-sosial" karena meyakini norma-norma sosial tidak berlaku untuknya. Mereka melanggar berbagai normal sosial dan kehilangan empati pada orang lain.Dalam pikiran orang yang "anti-sosial", semua orang, termasuk anak-anak, dapat dimanfaatkan. 4. Ada dorongan seks pada anak-anak. Paedofilia termasuk gangguan jiwa, di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua (di atas usia 16 tahun) mengalami daya tarik seksual secara eksklusif pada anak berusia kurang dari 13 tahun. Paedofilia sebenarnya bisa dikenali sejak dini oleh psikiater atau psikolog dan dapat dikontrol melalui terapi khusus. Pada umumnya tingkat keberhasilan terapi ini mencapai 87 persen. Dalam analisa data yang dikumpulkan dari 4.000 pelaku kekerasan seksual di Child Molestation Prevention Study ditemukan bahwa dari keempat faktor tersebut, sekitar 95 persen pencabulan seksual terjadi karena memang ada dorongan seks pada anak. Meski demikian, tidak semua paedofilia adalah pelaku pencabulan jika mereka bisa mengendalikan dorongan seksnya.
Baca Juga: Sempat Tak Didukung Keluarga, Kini WNI Asal Semarang Sukses Promosikan 'Mandi Kembang' Lewat Sabun Bali di Amerika SerikatGridPop.ID (*)