Find Us On Social Media :

Dinobatkan Jadi Warisan Budaya oleh UNESCO, Ini Sejarah Terciptanya Lagu Populer Natal Silent Night

By None, Sabtu, 25 Desember 2021 | 06:42 WIB

Ilustrasi lagu 'Silent Night'

GridPop.ID - Lagu Silent Night merupakan salah satu lagu yang sering diputar saat perayaan Natal.

Selain menjadi lagu populer saat Natal, Silent Night juga dinobatkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 2011 silam.

Memiliki nilai budaya yang tinggi, ternyata lagu Silent Night memiliki sejarah yang tak banyak diketahui publik.

Rupanya, lagu ini bermula pada tahun 1818.

Saat itu sekelompok aktor tengah melakukan pertunjukan di kota-kota sekitar Pegunungan Alpen, Austria.

Pada tanggal 23 Desember 1818, mereka tiba di Oberndorf, sebuah desa dekat Salzburg di mana mereka akan mengisahkan kembali kelahiran Kristus di Gereja kecil St. Nicholas.

Sayangnya, alat musik organ milik gereja St. Nicholas tidak berfungsi dan tidak dapat diperbaiki sebelum Natal.

Baca Juga: Waspada Virus Omicron Mengintai, Epidemiolog Peringatkan Pertimbangkan Hal-hal Ini Sebelum Bepergian Selama Libur Natal dan Tahun Baru Mendatang

Dikutip dari home.snu.edu, beberapa versi cerita menduga kerusakan ini disebabkan oleh tikus, ada pula yang menyebut karat sebagai penyebabnya.

Karena organ gereja tersebut tidak dapat dipakai, para aktor menyajikan drama Natal mereka di sebuah rumah pribadi.

Bagian pertama pertunjukan Natal itu mengisahkan Matius dan Lukas.

Sang asisten pastor, Josef Mohr, yang tengah dalam mood ingin bermeditasi memilih berjalan-jalan sebelum menuju rumah.

Jalan-jalan yang ia lakukan tersebut membawanya ke atas bukit yang menghadap ke desa.

Dari puncak bukit itu, Mohr memandang desa yang tertutup salju yang begitu damai.

Sambil menikmati keheningan malam musim dingin, Mohr menatap ke sebuah kartu Natal.

Ia yang tengah memikirkan pertunjukan Natal tiba-tiba teringat sebuah puisi yang pernah ia tulis beberapa tahun sebelumnya.

Puisi itu adalah tentang malam ketika para malaikat mengumumkan kelahiran Mesias yang ditunggu-tunggu bagi para gembala di lereng bukit.

Mohr menganggap kata-kata itu bisa menjadi pujian yang baik untuk pertunjukan pada malam Natal berikutnya.

Sayangnya, dia tidak memiliki alat musik yang bisa dibawakan bersama puisi itu.

Baca Juga: Aturan Baru PPKM Level 3 Selama Libur Natal dan Tahun Baru, Masyarakat yang Bepergian Wajib Tunjukkan Surat Keluar Masuk, Jika Tak Punya Petugas Akan Lakukan Ini 

Keesokan harinya Mohr pergi untuk menemui pemain organ gereja, Franz Xaver Gruber.

Gruber hanya memiliki waktu beberapa jam untuk menghasilkan melodi yang bisa dimainkan dengan gitar.

Akhirnya, Gruber berhasil menyusun notasi musik untuk puisi itu.

Mereka akhirnya memiliki lagu Natal yang bisa dinyanyikan tanpa alat musik organ.

Pada Malam Natal, jemaat kecil Oberndorf mendengar Gruber dan Mohr menyanyikan lagu baru mereka dengan iringan gitar Gruber.

Beberapa minggu kemudian, ahli organ terkenal Karl Mauracher tiba di Oberndorf untuk memperbaiki organ di gereja St. Nicholas.

Ketika Mauracher selesai, dia mempersilahkan Gruber mencoba alat musik tersebut.

Ketika Gruber duduk, jari-jarinya mulai memainkan melodi sederhana yang ditulisnya untuk puisi Natal Mohr.

Karena terkesan dengan lagu tersebut, Mauracher meminta salinan musik tersebut dan menulis judul Stille Nacht dalam bahasa Jerman (Silent Night) untuk dibawa kembali ke desanya di Kapfing.

Di sana, dua keluarga penyanyi terkenal, Rainers and the Strassers mendengarnya.Terpikat oleh lagu "Silent Night," mereka memasukkan lagu baru tersebut ke dalam repertoar musim Natal mereka.

Baca Juga: Pantas Saja Agnez Mo hingga Daun Muda Sabrina Chairunnisa Klepek-klepek, Wajah Tampan Deddy Corbuzier Ternyata Warisan dari Sang Ayah, Begini Potretnya yang Menawan dengan Kumis Tebal 

Suster-suster Strasser kemudian menyebarkan lagu ini di Eropa utara.

Pada tahun 1834, mereka menyanyikan lagu Silent Night untuk Raja Frederick William IV dari Prussia, dan dia kemudian sang raja memerintahkan paduan suara katedralnya untuk menyanyikannya setiap malam Natal.

20 tahun setelah Silent Night ditulis, Rainers membawakan lagu itu ke Amerika Serikat, dan menyanyikannya dalam bahasa Jerman di Alexander Hamilton Monument yang terletak di luar Gereja Trinity New York City.

Pada 1863, hampir lima puluh tahun setelah dinyanyikan pertama kali dalam bahasa Jerman, Silent Night kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (oleh Jane Campbell atau John Young).

Delapan tahun kemudian, versi bahasa Inggris itu dicetak dalam Hymnal Sekolah Minggu Charles Hutchins.

Hingga hari ini lagu Silent Night sudah bergema di lebih dari 300 bahasa yang berbeda di seluruh dunia, termasuk Malam Kudus yang sering kita dengar setiap Natal.

GridPop.ID (*)

Baca Juga: Tak Lagi Jomblo, Pebulu Tangkis Tampan Ini Gandeng Shania Eks JKT48 Saat Perayaan Natal, Netizen Auto Heboh 

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul 'Natal 2018: Sejarah Silent Night, Lagu Natal Populer yang Jadi Warisan Budaya UNESCO'