Uang ratusan ribu rupiah untuk transportasi pun dirasa sia-sia. Mau ganti destinasi pun dia keburu mangkel, jengkel oleh kebijakan yang dia nilai tak memikirkan orang yang jauh-jauh datang untuk berlibur.
"Udahlah kita pulang aja, ibaratnya sudah keburu jengkel," kata dia.
Menurut Agus, banyaknya wisatawan yang tidak mendapat tiket merupakan akibat kurangnya sosialisasi yang dilakukan manajemen Ancol kepada pelanggan mereka.
Kerugian waktu dan uang untuk transportasi dia rasakan dan berujung kekecewaan mendalam.
"Harapan saya sih, mudah-mudahan Ancol bisa kasih tiket langsung juga, karena kan (kasus penyebaran) corona sudah mendingan, kenapa harus lewat online dan dibatasi," kata dia.
Agus tak sendiri. Ada Adi dan pasangannya dari Cilandak, Jakarta Selatan, yang juga tak bisa masuk ke Ancol lantaran tak memiliki tiket.
Adi datang menggunakan KRL disambung dengan taksi online.
Saat ditemui Kompas.com, Adi bersama pasangannya duduk di trotoar Gerbang Timur sambil memesan taksi online.
Mereka pun akhirnya pulang setelah harapan bisa menghabiskan akhir pekan di Ancol tak terkabul karena aturan pembatasan.
"Kita enggak tahu tiketnya online," ucap Adi.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekecewaan Agus Sekeluarga, Naik Taksi dari Bekasi Habis Rp 300.000, tapi Gagal Liburan di Ancol"