GridPop.ID - Padepokan Tunggal Jati Nusantara tengah menjadi sorotan publik.
Bagaimana tidak, ritual yang dilakukan 23 anggota di Pantai Payangan Jember berujung korban tewas.
Kini, keluarga korban pun hanya bisa mengingat firasat yang ditinggalkan sebelum kejadian nahas pada Sabtu (12/02/2022).
Melansir dari Tribunnews.com, total ada 24 orang yang mengikuti ritual tersebut.
Mereka tiba pukul 23.30 WIB.
Setelahnya, peserta mulai beranjak ke laut.
Diawali dengan tabur bunga, peserta kemudian membentuk dua barisan dan saling bergandengan tangan.
Rombongan bermaksud untuk mandi di air laut sebagai bentuk menyucikan diri.
Saat melakukan ritual itu, ombak besar tiba-tiba menghantam mereka pada Minggu (12/2/2022) sekitar pukul 01.00 WIB.
Dari 24 orang itu, 11 meninggal dunia dan 13 lainnya selamat.
Firasat
Kegiatan ritual padepokan Tunggal Jati Nusantara menyisakan trauma bagi Painah dan Maid.
Pasutri asal Dusun Krajan Desa/Kecamatan Ajung itu kehilangan anak dan menantunya, yaitu Syaiful Bahri dan Sri Wahyuni Komariyah, yang terseret ombak bersama 9 orang peserta ritual lainnya di pesisir Laut Selatan itu.
Setelah mendapat kabar duka kalau anak dan menantunya meninggal dunia, Painah teringat percakapannya dengan sang menantu, Wahyuni sehari sebelumnya.
"Kemarin ia kan bersih-bersih rumah, saya tanya mengapa bersih-bersih rumah,"
"Ia menjawab kalau akan ada banyak tamu ke rumahnya. Katanya, teman-temannya mau mengaji di rumah," tutur ar Painah kepada SURYA saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/2/2022).
Selain itu, Sri juga bercerita kepada Painah, kalau ia bermimpi.
Dalam mimpinya, Sri mengaku melihat orang membawa keranda mayat di samping rumahnya.
"Mungkin itu jadi firasat menantu saya. Ternyata kejadiannya begini," sesal Painah.
Painah, dan suaminya, Maid tidak pernah tahu keterlibatan Syaiful dan menantunya dalam Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Sebab keduanya tidak pernah bercerita tentang kegiatan pengajian di kelompok tersebut.
"Ya katanya, pengajian. Kami tidak tahu apa-apa," imbuhnya.
Sehari-hari sang anak bekerja sebagai sales.
Sedang menantunya ibu rumah tangga.
Sementara anak sulung pasangan Syaiful-Sri, Siti Amelia Malik menuturkan, sebenarnya sang ibu sudah tidak mau ikut ritual itu.
"Ibu saya sedang tidak enak badan, tetapi diajak terus sama ayah, akhirnya ikut," tutur Amel.
Dalam keluarga itu, hanya anak-anak Syaiful yang mengetahui kegiatan pengajian kelompok tersebut.
Sebab sang anak kerap diajak ikut pertemuan, juga beberapa kali ritual.
"Ada pengajiannya gitu, mengajari tentang istiqamah, juga ada ritual itu. Tujuannya saya tidak tahu,"
"Bacaannya ada syahadat, Al-Fatihah, surat-surat pendek, dan Bahasa Jawa. Saya tidak tahu bacaan Bahasa Jawanya," terang Amel.
Dari informasi yang dihimpun SURYA, lirik bacaan Bahasa Jawanya antara lain 'pingin sugih tanpa kerja, tanpa banda' atau ingin kaya tanpa kerja, tanpa modal.
GridPop.ID (*)