Berubahnya pola pikir serta cara berpakaian Anofial terjadi usai dirinya berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi atau yang dikenal dengan Abuya Ashaari di Malaysia.
Sejak itu lah Anofial mendapat nama baru menjadi Halilintar Muhammad Jundullah.
“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.
Diketahui bahwa Syekh Ashaari atau Abuya adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam, sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia.
Ayah 11 anak itu sempat menjadi salah satu pengikut organisasi tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, pengakuannya sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku "Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.
Anofial bergabung dengan organisasi tersebut pada 1989 dan didapuk sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.
Organisasi tersebut juga sempat marak di Tanah Air.
Abuya Ashaari yang berpusat di Malaysia berhasil menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia sejak 1968.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.