Ia menambahkan, kesediannya untuk berpoligami ini berkaca dari pengalaman orang tuanya yang bercerai serta mengingat akan buah hati.
“Gak ada bagi saya untuk cerai, saya lihat orang tua saya cerai aja sakit banget.”
“Apalagi anak-anak saya yang masih kecil-kecil,” ujar Fitri.
Ketika ditanya prosesi akad hingga resepsi pernikahan Candra dan Lisna, Fitri menceritakan tidak ada halangan berarti dan lancar-lancar saja.
Bahkan, Fitri mengaku dirinyalah yang memilih hantaran untuk pernikahan kedua suaminya hingga mengantarnya ke rumah Lisna.
Di akhir wawancara, Fitri berharap agar keluarganya tetap harmonis dan langgeng meskipun ada kehadiran istri kedua.
Pilihan berpoligami oleh seorang pria memiliki sejumlah risiko kesehatan yang dapat menerpa pihak wanita, baik yang menjadi istri pertama maupun istri kedua atau selanjutnya.
Dilansir dari Kompas.com, wanita yang dipoligami mungkin akan merasa bersaing, cemburu, dan diperlakukan tidak adil sehingga akan sulit mengalami orgasme saat berhubungan badan.
Lebih parah lagi, jika perempuan tersebut mengalami stres, mereka mungkin bisa lebih cepat mengalami menopause.
Dokter Boyke berpendapat, selain rentan dengan penyakit, perempuan juga lebih peka perasaannya apabila dioligami.
Dia mengungkapkan, meski perempuan sudah mengutarakan rela dan ikhlas, ketidakrelaan akan pilihan suami melakukan poligami biasannya terungkap saat behubungan seks, ketika tidak dapat lagi mencapai orgasme.
Keluhan yang sering diucapkan pasien poligami kepada Dokter Boyke yakni, “Dalam hati, mana ada sih, Dok, perempuan yang mau dipologami?”.
Rata-rata pasien menyatakan mereka mau dipoligami karena terpaksa, mengikuti aturan, atau faktor agama.
GridPop.ID (*)