GridPop.ID - Membangunkan orang saat sahur adalah tradisi yang kerap dilakukan selama bulan suci Ramadan.
Negara Arab Saudi juga ada tradisi sahur, namanya Al-Musaharati.
Mengutip Kompas.com, cara melakukannya adalah seseorang berjalan di sekitar permukiman sambil memukul drum dan melantunkan nyanyian.
Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun itu kini semakin jarang dijumpai di Arab Saudi.
Tak hanya di Arab Saudi, daerah Bangladesh India juga melakukan hal yang sama.
Di Dhaka, ibu kota Bangladesh, sekitar pukul 2 dini hari, sekelompok sukarelawan bernyanyi sambil berkeliling melewati gang-gang sempit di bagian kota untuk membangunkan "rozedaar" (mereka yang berpuasa).
Mereka membawakan lagu kasidah dari puisi Urdu dan merupakan tradisi Ramadan di daerah itu.
Bagian kota tua Dhaka memiliki tradisi penyanyi kasidah berasal dari era Mughal, tetapi tradisi tersebut perlahan-lahan memudar.
Sementara itu di Indonesia sendiri, tradisi membangunkan orang saat sahur masih berlangsung hingga saat ini.
Namun sebuah kejadian tragis saat sahur terjadi di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Melansir TribunnewsBogor.com, diungkapkan sebanyak 30 orang diserang oleh seorang pria yang membawa pedang katana.
Akibatnya sebanyak 4 orang warga menderita luka-luka.
Insiden tragis ini pun dibenarkan oleh Kapolsek Sambas, AKP Abdul Muthalib.
"Luka-luka sabetannya ada di punggung, tangan dan pipi," kata AKP Abdul Muthalib melalui keterangan video, Minggu (11/4/2022).
Ia menerangkan insiden tersebut terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 02.05 WIB.
Sekitar 30 orang warga membangunkan sahur di sepanjang jalan pemukiman desa setempat.
Namun seorang pria berinisial NK mendadak keluar dari rumahnya sambil membawa pedang Katana.
"NK lalu mengibas-ibaskan pedang tersebut ke arah warga yang berswafoto dan melukai empat orang," ujar AKP Abdul Muthalib.
Abdul melanjutkan, setelah peristiwa tersebut, NK langsung diamankan pihak kepolisian dan dilalukan proses penyidikan.
"Kita juga telah melakukan pertemuan dengan tokoh agama dan masyarakat serta kepala desa untuk menetralisir pemberitaan di media sosial," tutup AKP Abdul Muthalib.
GridPop.ID (*)