GridPop.ID - Umat muslim kini tengah semarak menyambut hari kemenangan atau Hari Raya Idul Fitri 1443 H.
Sebagian masyarakat pun melakoni tradisi mudik lebaran yang 2 tahun belakangan ini dilarang oleh pemerintah.
Namun ditengah euforia menyambut hari lebaran itu, para orang tua justru harus dihantui dengan kemunculan penyakit misterius baru yang menyerang anak-anak.
Dilansir dari Kompas.com, pergerakan para pemudik tahun ini terpantau cukup tinggi.
Moda transportasi umum mulai dari bus, kereta hingga kapal dan pesawat pun masih menjadi pilihan para pemudik.
Jumlah pergerakan penumpang angkutan umum sejak Senin (25/4/2022) hingga H+1 Lebaran atau Rabu (4/5/2022) tertinggi pada angkutan penyeberangan.
Data itu dihimpun dari Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2022 berdasarkan pemantauan di 111 terminal bus, 16 pelabuhan penyeberangan, 51 bandar udara, 110 pelabuhan laut, dan 13 Daop/ Divre.
"Pergerakan penumpang angkutan penyeberangan masih yang tertinggi yaitu sebanyak 2.158.947 penumpang," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati dalam keterangannya, Kamis (5/5/2022).
Sayang kebahagiaan para pemudik itu harus dibayangi oleh penyakit misterius baru yang menghantui anak-anak, yakni Hepatitis Akut.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan beberapa laporan kasus hepatitis akut 'misterius' mulai menyebar ke daerah di Indonesia.
Hepatitis yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) ini masih dalam investigasi atau pemeriksaan laboratorium.
"Ada penambahan kasus tetapi belum confirm," katanya saat konferensi pers, Kamis (5/5/2022), dikutip melalui Tribunnews.com.
Kemenkes RI telah mengeluarkan edaran bahwa ada tiga anak di Indonesia yang diduga menjadi korban hepatitis misterius ini.
Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia dalam kurun waktu dua minggu.
Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Nadia menegaskan, Kemenkes melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Saat ini Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pun tengah melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
"Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan," ujarnya.
Kemenkes meminta agar anak-anak yang bergejala uning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera diperiksakan ke fasyankes terdekat.
Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebut kasus hepatitis akut pada anak ini sebetulnya sudah terdeteksi sejak awal tahun ini.
"Di antara sekian hipotesa dan diagnosis yang berbeda dari pada dokter, dan juga tim epidemiologi salah satunya memang mengarah pada Covid-19," ungkapnya.
Lebih spesifiknya lagi ada dugaan varian baru yang lebih dia belum terdeteksi karena secara umum Covid-19 saat ini memang menyerang hampir semua organ.
Dicky menjelaskan penyakit ini ditularkan melalui udara, sebagai bentuk infeksi saluran nafas.
Tapi pada gilirannya merupakan penyebab penyakit sistemik yang menyerang hampir semua organ dan lever menjadi salah satunya.
"Bahwa ada gangguan di otak, jantung, paru jelas. Itu sudah jelas. Sekarang yang memberikan pesan kuat khususnya pada anak adalah adanya gangguan di lever," tambah Dicky.
Sesuai laporan yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kasus hepatitis akut sudah mengintai 20 negara dengan peningkatan 228 kasus.
Juru Bicara WHO, Tarik Jasarevic dalam konferensi pers di Jenewa mengatakan ada tambahan 50 kasus dari 20 negara per 1 Mei 2022.
GridPop.ID (*)