GridPop.ID - Setelah virus Covid-19, dunia kembali digemparkan dengan temuan penyakit baru hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak.
Hepatitis akut misterius kini memuculkan kekhawatiran baru bagi masyarakat dunia.
Rupanya Kementrian Kesehatan Jepang telah menemukan dugaan korelasi bahwa infeksi virus corona (Covid-19) varian Omicron diduga memiliki peran dalam munculnya kasus hepatitis akut.
Dilansir oleh Tribunnews.com dari The Japan Times, Jumat (13/5/2022), Profesor Hiroshi Nishiura dari Universitas Kyoto mengatakan kepada dewan penasihat virus corona kementerian tersebut bahwa negara-negara dengan temuan sejumlah besar infeksi Omicron seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga telah melaporkan jumlah kasus hepatitis akut pada anak yang relatif menunjukkan angka lebih tinggi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 348 kemungkinan kasus hepatitis akut pada anak yang tidak dapat diketahui penyebabnya telah dikonfirmasi di seluruh dunia, dengan hanya 6 negara yang melaporkan lebih dari 5 kasus.
Sejauh ini, Kementerian Kesehatan Jepang telah mengidentifikasi 7 kasus domestik.
Sedangkan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, saat ini AS sedang menyelidiki 109 kasus hepatitis anak yang tidak diketahui penyebabnya.
Adenovirus, virus umum yang dapat menyebabkan berbagai penyakit termasuk gastroenteritis atau flu perut, diduga sebagai kemungkinan penyebab penyakit hati yang parah ini.
Di Inggris, yang sejauh ini telah melaporkan 163 kasus, 126 diantaranya telah diuji untuk adenovirus.
Diantara mereka, adenovirus terdeteksi pada 72 persen atau 91 kasus.
Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris, lebih dari 75 persen kasus merupakan anak-anak berusia 5 tahun atau lebih muda.
Gejala pasien sesuai dengan definisi kerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang 'kemungkinan kasus' hepatitis akut dan parah.
Gejala yang dilaporkan termasuk diantaranya sakit perut, diare, muntah, penyakit kuning dan peningkatan kadar enzim hati.
Kemungkinan kasus tersebut didefinisikan sebagai pasien rawat inap yang mengalami lonjakan kadar enzim hati, namun virus hepatitis A, B, C, D dan E semuanya telah disingkirkan sebagai penyebabnya.
Prof Nishiura mengatakan bahwa karena balita dan bayi saat ini belum memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19, maka mereka mungkin berada pada peningkatan risiko hepatitis akut setelah mengalami infeksi adenovirus.
"Penelitian lebih lanjut pun diperlukan untuk membangun hubungan sebab akibat antara infeksi Omicron dan hepatitis anak," kata Prof Nishiura, dalam presentasi yang disampaikan kepada panel.
Hal ini mengacu pada keterbatasan penelitiannya, seperti data infeksi Omicron yang mencakup semua usia, dan bukan hanya pada kelompok anak-anak saja.
"Kita tidak dapat memungkiri kemungkinan bahwa infeksi Omicron ada kaitannya dengan terjadinya hepatitis berat pada anak-anak," papar Prof Nishiura.
Karena itu, untuk mencegah hepatitis akut pada anak, kata dia, pemerintah harus fokus pada mitigasi penyebaran varian Omicron.
Dalam penelitian yang akan segera diterbitkan pada jurnal akademik, tim Prof Nishiura tidak hanya melihat hubungan antara jumlah kumulatif kasus Omicron di 38 negara OECD dan Rumania antara 1 Desember 2021 hingga 27 April 2022 saja.
Namun juga jumlah kemungkinan kasus anak yang dilaporkan menderita hepatitis akut seperti yang didefinisikan oleh WHO hingga 27 April lalu di 12 negara yang telah melaporkan kasus.
Dilansir dari Kompas.com sebelumnya, epidemiolog dan praktisi Global Public Health Dicky Budiman menjelaskan, kecil kemungkinan hepatitis akut ini berkembang menjadi pandemi seperti Covid-19.
“Potensinya kecil kalau menjadi pandemi. Kalau dia menjadi satu epidemi, bisa. Tapi kalau menjadi pandemi rasanya masih jauh sekali,” ujarnya.
Pasalnya, terdapat beberapa kriteria yang membuat sebuah penyakit merebak secara global dan dinyatakan menjadi pandemi.
“Kalau bicara penyakit yang menyebabkan pandemi, selain dia umumnya adalah penyakit baru, dia harus yang sifatnya cepat dalam penularan, biasanya melalui saluran napas, droplet,” jelasnya.
“Dalam kaitan itu saat ini saya tidak melihat potensi hepatitis yang masih misterius ini dia bisa menjadi pandemi,” tambah Dicky.
Pernyataan senada juga dilontarkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dia mengatakan bahwa penularan hepatitis akut misterius tidak seperti penyakit-penyakit pandemi.
GridPop.ID (*)