"Saya baru dengar informasi itu dari warga, media dan LSM di sini.
Memang benar kepsek dan siswi itu di sini. Setelah kabar (pencabulan) itu, Pak Kepsek pun nomornya sudah ganti," ujar guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia itu.
Guru perempuan itu menyatakan, sejak informasi tersebut tersiar, baik kepsek maupun siswi yang menjadi korbannya sudah tak terlihat lagi.
Belakangan diketahui, siswi kelas 6 tersebut sudah tak pernah lagi ke sekolah mengambil soal-soal untuk belajar di rumah. Ia menyampaikan, siswi itu kini merupakan orang luar kampung.
Namun, sebelumnya sempat tinggal di Nagori (sekitar sekolah) bersama dengan kakek dan neneknya.
Saat ini siswi tersebut tinggal dengan ibunya, pascasang ibu menikah lagi.
Disinggung soal informasi kasus pencabulan itu, guru tersebut mengaku telah terjadi perdamaian.
"Kalau dari cerita-cerita orang sini, sudah ada perdamaian. Di media yang saya baca juga ada perdamaian. Katanya sempat mau berdamai Rp 300 juta, terus turun entah berapa angkanya," ujar guru.
Ia menyatakan sangat terkejut sekolahnya mendapat kabar tak sedap tersebut.
Bahkan rumah kepala sekolah yang ditempati saat ini dilempari batu oleh warga yang menolak kehadiran kepala sekolah 'cabul' di kampungnya.
"Saya nggak nyangka juga, kepsek kami ini sarjana agama. Dia ini orangnya superbaik. Rajin ke masjid dan memberi ceramah. Sering bilang ke kami 'Hidup ini, apa yang dibuat itu yang dituai' untuk jadi nasihat," katanya.