GridPop.ID - Insiden mengerikan terjadi di pantai Laut Merah, wanita berusia 68 asal Austria ini sedang asyik berenang tiba-tiba diserang hiu ganas hingga meinggal dunia.
Akibat serang tersebut, ia ditemukan dalam kondisi kehilangan lengan dan kakinya.
Peristiwa tersebut terjadi di dekat resor Hurghada pada Jumat (1/7/2022).
Akibat kejadian itu, pihak berwenang Mesir menutup bentangan garis pantai Laut Merah pada Sabtu (2/7/2022).
Dilansir Tribun Trends dari The New Arab via Kompas.com, Minggu (3/7/2022), korban wanita berusia 68 tahun itu kehilangan kaki dan lengan.
Tak lama setelah serangan itu, ia meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit swasta di Hurghada.
Seorang pejabat yang tak disebutkan identitasnya mengatakan kepada media, para staf medis sempat berupaya menyelamatkan korban.
Akan tetapi nyawanya tidak tertolong.
Menurut dokumen internal dari Kantor Gubernur Provinsi Laut Merah, yang dibagikan The Associated Press, pihak berwenang akan menutup kawasan tersebut selama tiga hari.
Bahkan kapal penangkap ikan juga dilarang di perairan Hurghada demi keselamatan.
Serangan hiu di wilayah pesisir Laut Merah Mesir relatif jarang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Namun baru-bari ini insiden mengerikan itu mengejutkan publik.
Peristiwa itu berhasil direkam, dan terlihat banyak orang yang menyaksikannya tanpa bisa menolong.
Perempuan tua yang diketahui tinggal di Mesir bersama pasangannya itu terlihat dibiarkan berjuang membebaskan dirinya sendiri, dan mencoba untuk kembali ke dermaga.
Seorang saksi yang merupakan orang Rusia melihat perempuan tersebut kehilangan lengan, tetapi tak menyebutkan kakinya yang terputus.
“Orang-orang banyak yang lari keluar dari laut. Tak ada ambulans, dan tak ada yang menolongnya. Tangannya tak ada, hingga sikunya,” ujarnya.
“Hiu menariknya dan kemudian memutarnya,” tambah saksi mata tersebut.
Nenek tersebut sebenarnya mampu mencapai tepi pantai dalam keadaan hidup, namun kemudian meninggal dunia.
“Dokter berjuang untuk hidupnya untuk waktu lama, memberikan resusitasi jantung dan paru-parunya, tetapi ia tak dapat diselamatkan,” ujar saksi lainnya.
Laut Merah membentang di antara Semenanjung Arab dan Benua Afrika.
Saat pertama kali mendengar nama Laut Merah, pertanyaan yang mungkin muncul adalah, "Apakah warna air lautnya benar-benar merah?"
Diberitakan Kompas.com, Seorang profesor ilmu kelautan dan atmosfer di Stony Brook University, New York, Karine Kleinhaus mengatakan, tak ada yang tahu secara pasti bagaimana laut tersebut mendapatkan namanya.
Namun ia menduga bahwa jawabannya mungkin ada hubungannya dengan ganggang jenis Trichodesmium erythraeum, sebagaimana dikutip dari Live Science.
Ganggang tersebut terkadang disebut juga dengan "serbuk gergaji laut". Ini merupakan jenis cyanobacteria atau bakteri air yang bertahan hidup melalui fotosintesis dan termasuk kelompok ganggang biru-hijau.
Menurut Observatorium Bumi NASA, ganggang itu bertanggung jawab atas 60-80 persen konversi nitrogen di laut.
Trichodesmium erythraeum sangat produktif, serta ditemukan di sebagian besar lautan tropis dan subtropis dunia. Mereka tumbuh berlimpah di Laut Merah dan mekar secara berkala ketika ada pertumbuhan populasi yang cepat. 'Saat alga mati, air berubah warna menjadi coklat kemerahan, sementara alga yang sekarat menyebar ke permukaan laut.
Namun, ada kemungkinan bahwa Laut Merah dinamai berdasarkan pegunungan merah yang melapisi bagian dari garis pantainya, seperti di sepanjang pantai Yordania.
GridPop.ID (*)