GridPop.ID - Tragedi yang menghilangkan banyak nyawa di Kanjuruhan masih menimbulkan awan duka di dunia sepak bola Indonesia hingga saat ini.
Diketahui, ratusan orang meninggal dunia dalam kerusuhan di Kanjuruhan.
Pelatih Arema FC, Javier Roca, memiliki pengalaman pilu usai Derbi Jawa Timur pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 melawan Persebaya Surabaya.
Dia melihat sejumlah nyawa melayang tepat di hadapannya di ruang ganti Arema FC, tempatnya bekerja.
Awalnya Javier Roca tidak tahu apa yang terjadi di dalam lapangan saat pertandingan selesai.
Usai laga yang berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Persebaya itu, Javier Roca seperti biasa menuju ruang konferensi pers, lalu kembali ke ruang ganti.
“Saya tidak tahu kejadiannya apa. Kami di dalam ruang ganti itu hanya dengar berisik di luar. Bagi kami itu biasa terjadi dan tidak terpengaruh. Tapi setelah saya konferensi pers, saya rasa ada masalah,” ujar pelatih asal Chile seperti dikutip dari laman kompas.com.
Setelah menyampaikan pendapatnya soal kekalahan tersebut, Javier Roca dibuat terheran-heran dengan banyak penonton yang masuk ke dalam.
Ia tidak menyebutkan kisaran usianya, tetapi dikategorikannya sebagai anak-anak.
Kondisinya saat itu para penonton yang masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru, seperti dikejar sesuatu.
Ia mengakui sampai ada penonton yang lebih kecil digendong untuk segera masuk ke dalam.
“Waktu saya jalan ke ruang ganti, terus saya rasa kalau mata mulai perih. Saya lihat banyak orang lari dari luar [dalam lapangan]. Ada banyak suporter digendong untuk masuk ke ruangan. Saya juga tidak tahu mereka mau masuk ke mana,” imbuhnya.
Betapa terkejutnya begitu sampai di ruang ganti. Anak-anak tadi yang dilihatnya sudah tiba lebih dulu.
Padahal, tempat itu semestinya hanya boleh diakses tim. Namun ia tak mempersoalkan hal itu.
Kondisi di dalam ruang ganti jauh lebih memilukan. Belasan anak dalam kondisi memprihatinkan.
Mereka panik dan sesak napas. Seluruh anggota tim di dalam membantu semaksimal mungkin.
“Setelah masuk ruang ganti, ada sekitar 15-20 anak di dalam. Saya lihat ada dari mereka yang tepar. Akhirnya dari tim medis tim coba beri bantuan, pemain juga ikut bantu. Tapi ternyata di situ juga ada empat sampai lima orang yang meninggal,” ujar mantan pelatih Persik Kediri.
“Saya rasa itu yang paling parah yang pernah kami alami. Banyak pemain yang terpukul, termasuk saya. Soalnya kok bisa ada orang hilang nyawa di tempat biasanya kami kerja? Itu yang paling berat,” pungkasnya.
9 komandan Brimob dinonaktifkan
Dilansir dari laman tribunnews.com, Irjen Dedi Prasetyo pun mengungkapkan ada tiga jabatan komandan Brimob dengan total sembilan anggota yang dinonaktifkan terkait kasus yang menewaskan ratusan orang itu.
"Kapolda Jatim menonaktifkan Danyon (Komandan Batalyon), Danki (Komandan Kompi), Danton (Komandan Pleton) Brimob sebanyak sembilan orang," kata Dedi.
Saat ini, kesembilan Komandan Brimob itu sedang diperiksa tim investigasi yang tengah mengusut kasus tersebut.
"Semuanya dalam proses terperiksa oleh tim malam ini," jelasnya.
Adapun kesembilan Komandan Brimob yang dinonaktifkan dalam kasus ini di antaranya Komandan Batalyon AKBP Agus Waluyo, Komandan Kompi AKP Hssdadarmawan, Komandan Peleton Aiptu Solikin, Komandan Peleton Aiptu M Samsul, Komandan Peleton Aiptu Ari Dwinanto, Komandan Kompi AKP Untung Sudjadi, Komandan Kompi AKP Danang Sasongko P, Komandan Peleton AKP Nanang Pitrianto, Komandan Peleton Aiptu Budi Purnanto.
Tak hanya menonaktifkan 9 komandan Brimob saja, Polri pun mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat.
Pencopotan AKBP Ferli teregister dalam surat telegram dengan nomor ST/2098X/KEP/2022.
"Kapolri mengambil keputusan menonaktifkan sekaligus mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat," kata Dedi.
Adapun jabatan yang ditinggalkan AKBP Ferli akan diisi AKBP Putu Kholis yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok.
"AKBP Ferli Hidayat dimutasikan sebagai perwira menengah (pamen) As SDM Polri," ucapnya.
Baca Juga: Tips Hidup: Cara Mencuci Celana Jeans Hitam Agar Tak Mudah Luntur
GridPop.ID (*)