Find Us On Social Media :

TGIPF Tragedi Kanjuruhan Curiga Ada 'Kekuatan Besar' yang Atur Arema vs Persebaya Main di Jam Malam

By Arif B, Rabu, 12 Oktober 2022 | 20:01 WIB

TGIPF Tragedi Kanjuruhan Curiga Ada 'Kekuatan Besar' yang Atur Arema vs Persebaya Main di Jam Malam

GridPop.ID - Diketahui, pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pun telah mengeluarkan kesimpulan sementara terkait tragedi Kanjuruhan.

Termasuk adanya 'kekuatan besar' yang mengatur laga Arema FC vs Persebaya Surabaya tetap digelar malam hari pada Sabtu (01/10/2022).

Seperti diketahui, kick-off laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022, dimulai pada 20.00 WIB.

Jika laga tersebut diikuti hingga akhir, akan selesai pada 21.45 WIB. Itu belum termasuk dengan tambahan waktu dan "ritual-ritual" lain setelah laga.

Bagi penonton yang datang ke Stadion Kanjuruhan, perlu tambahan waktu sekitar satu jam atau bahkan lebih agar bisa keluar area stadion dengan kendaraan mereka.

Beberapa hari sebelum laga dimulai, Polres Malang sempat mengirim surat kepada PT LIB (Liga Indonesia baru) untuk memajukan jam main dari malam ke sore.

Polres Malang selaku pihak pengamanan laga Arema vs Persebaya meminta laga diajukan ke 15.30 WIB.

Akan tetapi, PT LIB teguh dengan keinginan mereka main jam malam.

Baca Juga: Berhasil Bongkar Judi Online 303, Berikut Ini Rekam Jejak Irjen Teddy Minahasa yang Jadi Kapolda Jatim Gantikan Irjen Nico Afinta

Bersamaan dengan keputusan PT LIB tersebut, TGIPF menilai ada pihak yang memiliki kekuatan laga bergulir malam hari.

Sebab, surat Polres Malang yang ditandatangani AKBP Ferli Hidayat (saat itu masih menjabat sebagai Kapolres Malang) ditolak.

"Ada indikasi-indikasi yang misalnya, kenapa bisa jadi malam? Pada malam itu juga kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang mempunyai kekuatan untuk mengatur tetap menjadi malam hari," ujar anggota TGIPF Rhenald Kasali di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (10/10/2022).

Rhenald Kasali belum bisa membongkar sosok yang dimaksud meski sosok yang memiliki kekuatan itu sudah menjadi perbincangan.

"Saya belum bisa, kita belum bisa sebutkan walaupun saudara-saudara sudah bisa menciumnya," kata kepada Kompas Nasional.

Selain mencurigai adanya 'kekuatan besar', TGIPF juga memiliki kesimpulan sementara yang lain.

Tidak Ada Pintu Darurat

Anggota TGIPF sekaligus AFC Safety Security Officer, Nugroho Setiawan mengatakan, dari rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan saat peristiwa kericuhan terjadi, terlihat massa panik dan berebut mencari pintu untuk bisa keluar menghindari gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian.

Menurutnya, saat massa penonton berebut menyelamatkan diri, mereka berupaya keluar dari pintu 13 stadion.

Baca Juga: Pakai Gas Air Mata Kadaluarsa Saat Tragedi Kanjuruhan, Polri Beberkan Fakta Ini

Karena pintu itu sebenarnya untuk penonton masuk, maka terjadi desak-desakan yang membuat sejumlah penonton terhimpit dan terinjak-injak hingga kehabisan napas.

Anak Tangga Stadion Kanjuruhan Kurang Ideal

Nugroho Setiawan menuturkan, dari temuan sementara terungkap anak tangga di Stadion Kanjuruhan tidak ideal untuk digunakan jika massa penonton dalam kondisi panik.

"Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety regulate, ketinggian 18 senti, lebar tapak 30 senti. Ini tadi antara lebar tapak dan ketinggian sama. Rata-rata mendekati 30 (sentimeter)," ungkapnya.

"Kemudian lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena karena harus ada railing. Railing untuk pegangan," lanjut Nugroho.

Stadion Kanjuruhan Perlu Dibenahi

Nugroho Setiawan menilai Stadion Kanjuruhan harus dibenahi agar sesuai standar keselamatan.

Ia mengatakan, pembenahan yang perlu dilakukan adalah perbaikan akses pintu keluar dan masuk bagi penonton serta membuat pintu darurat.

"Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu, kemudian juga mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga," paparnya, Minggu.

Baca Juga: 100 Orang Polisi Minta Maaf Lakukan Sujud Massal Atas Tragedi Kanjuruhan, Pengamat: Berlebihan

Penggunaan Gas Air Mata Perlu Dipertimbangkan Lagi

Nugroho Setiawan mengungkapkan TGIPF telah menemui langsung sejumlah korban.

Selain itu, tim juga sempat menyaksikan perubahan fenomena trauma luka pada korban.

"Tim hari ini juga menemui korban, melihat korban, bahkan sempat menyaksikan perubahan fenomena trauma lukanya dari menghitam, kemudian memerah, dan menurut dokter itu recovery (pemulihan)-nya paling cepat adalah satu bulan," ungkapnya, Minggu, dilansir Tribunnews.com.

"Jadi efek yang terkandung dalam gas air mata ini sangat luar biasa."

"Jadi juga patut dipertimbangkan untuk crowd control (pengendalian massa) di masa depan," terang dia.

Baca Juga: FAKTA Baru Tragedi Kanjuruhan, Gas Air Mata Kedaluwarsa hingga Sosok Berkuasa di Balik Penentuan Jadwal Laga Malam

GridPop.ID (*)