"Kuat Ma'ruf langsung menutup pintu rumah bagian depan dan naik ke lantai dua, tanpa disuruh langsung menutup pintu balkon.
Padahal saat itu kondisi matahari masih dalam keadaan terang benderang, apalagi tugas untuk menutup pintu tersebut bukan merupakan tugas keseharian dari Kuat Ma'ruf,
melainkan tugas tersebut merupakan pekerjaan dari Diryanto alias Kodir sebagai asisten rumah tangga," kata jaksa.
Sesampainya Ferdy Sambo di rumah Duren Tiga, Kuat Ma’ruf diminta untuk memanggil Bripka Ricky Rizal dan Brigadir J.
Kuat Ma’ruf pun dengan sigap langsung memanggil Bripka Ricky Rizal dan Brigadir J.
Setelah memanggil Bripka Ricky Rizal dan Brigadir J, Kuat Ma’ruf kembali ikut masuk ke dalam rumah.
Jaksa menyebut, saat itu Kuat Ma’ruf masih membawa pisau di dalam tasnya.
"Saat itu, saksi Kuat Ma'ruf masih membawa pisau di dalam tas selempangnya, untuk berjaga-jaga apabila terjadi perlawanan dari korban Brigadir J," kata jaksa.
Seperti yang dikutip dari Kompas.com, jaksa menilai Ricky Rizal atau Bripka RR dan sopir Ferdy Sambo, Kuat Maruf memiliki kesempatan untuk mencegah pembunuhan itu terjadi.
Namun, baik Ricky maupun Kuat tak melakukannya.
Keduanya justu dianggap berperan membantu Sambo melancarkan eksekusi terhadap Yosua yang akhirnya tewas ditembak Bharada Richard Eliezer.