"Kemudian saya, 'Siap, Jenderal'. Saat itu saya enggak tahu, saya belum tahu ada peristiwa apa," kata Ridwan.
Begitu sampai di ruang makan lantai satu rumah tersebut, Ridwan melihat ada sosok jenazah bersimbah darah yang tergeletak di dekat tangga.
Sambo lantas bercerita bahwa baru saja terjadi baku tembak di rumah dinasnya yang melibatkan dua ajudannya, Richard Eliezer dan Yosua. Dalam insiden itu, kata Sambo, Yosua tewas tertembak, sedangkan Richard tak terkena satu pun peluru.
Menurut Sambo lagi, tembak-menembak itu dilatarbelakangi oleh pelecehan yang dilakukan Yosua terhadap istrinya, Putri Candrawathi.
"Peristiwa ini tembak-menembak, ini yang tergeletak di bawah Yosua. Ini kejadian ini karena dia melecehkan istri saya," kata Ridwan menirukan ucapan Sambo saat itu.
Saat menyimak cerita tersebut, Ridwan sempat terkejut karena Sambo tiba-tiba menepuk tembok di hadapannya dengan emosional.
Dia juga berulang kali menggeleng-gelengkan kepala. Matanya bahkan berkaca-kaca seperti menahan tangis.
"Pada saat dia sambil menerangkan, kemudian dia menepuk tembok agak keras. Saya agak sempat kaget juga, Yang Mulia," kata Ridwan kepada Majelis Hakim PN Jaksel.
"Kemudian kepalanya tunduk ke tembok, kemudian dia melihat saya terus sambil menggeleng-geleng kepala. Matanya agak berkaca-kaca," lanjutnya.
Saat itu, Ridwan mengaku sempat hanyut karena melihat Sambo yang bercerita dengan begitu emosional.
"Pada saat dia menepuk tembok, kemudian matanya berkaca-kaca saat itu saya juga jadi blank, Yang Mulia," aku Ridwan.