GridPop.ID - Perselingkuhan memang tak bisa dibenarkan jika sudah menjallin hubungan rumah tangga.
Pasalnya, perselingkuhan menjadi awal dari keretakan rumah tangga yang sudah bertahun-tahun dibangun.
Dilansir dari laman kompas.com, salah satu dampak dari perselingkuhan adalah rasa bersalah.
Seseorang mungkin bahagia saat bersama selingkuhannya namun juga memendam rasa bersalah terhadap istri atau suami yang dikhianati.
Rasa bersalah ini membuat diri kita secara emosional lebih lemah, menurunkan tingkat kepercayaan diri dan harga diri.
Perasaan ini juga menyebabkan lebih banyak stres dan pergolakan mental.
Beberapa waktu lalu, seorang menantu tewas ditangan mertuanya sendiri setelah ketahuan berselingkuh.
Mertuanya merasa dikhianati karena putrinya dikhianati oleh sang menantu.
Begini kronologinya!
Dilansir oleh sosok.id dari The Straits Times, Rabu (16/2/2022), ayah mertua yang tak memiliki rasa takut itu diketahui bernama Tan Nam Seng.
Namanya menjadi perbincangan saat pengadilan menjatuhkan vonis hukuman 8,5 tahun penjara pada persidangan yang digelar pada 21 September 2020 lalu.
Hukuman tersebut untuk menebus kesalahannya membunuh sang menantu, Spencer Tupani.
Tan Nam Seng mengakui perbuatan yang ia lakukan di sebuah kedai kopi di Telok Ayer Street, Singapura pada 10 Juli 2017 sekitar pukul 13.20 waktu setempat.
Peristiwa pembunuhan itu bermula ketika ketika Tan yang sedang dalam perjalanan menuju kantornya di Pengadilan Cecil melihat Tuppani di Jalan Telok Ayer.
Sesampainya di kantor, Tan mengambil pisau di pantry lalu pergi ke salah satu kedai kopi di kawasan itu.
Setelah itu, ia langsung menghampiri sang menantu dan menikamnya.
Usai sang menantu jatuh tersungkur, Tan memberi tahu orang-orang yang lewat: "Ini menantu saya, jangan dibantu, biarkan dia mati."
Dia kemudian meletakkan pisau di atas meja dan duduk di kursi dengan tenang.
Sembari menunggu kedatangan polisi, Tan menelepon putrinya.
"Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya sudah melakukannya. Saya sudah membunuhnya. Jangan menangis. Saya sudah tua. Saya tidak takut masuk penjara," ujar Tan kepada putrinya.
Baca Juga: 3 Anaknya Mentas, Presiden Joko Widodo Mengaku Bahagia hingga Plong, Iriana Jokowi: Berdua Lagi Nih
Menurut keterangan pengacara Tan, Wee Pan Lee, pembunuhan itu didasari oleh rasa sakit hati.
Wee mengatakan, Tan merasa dikhianati oleh Tuppani yang selama ini ia perlakukan seperti putranya sendiri.
Tan yang dahulu hanya seorang kuli, berusaha dari nol untuk mengembangkan bisnisnya selama bertahun-tahun.
Setelah putrinya menikah, Tan mengizinkan ibu dan adik laki-laki Tuppani tinggal di rumahnya.
Tuppani mempekerjakan orang tuanya, dan menggunakan dana perusahaan untuk membiayai pendidikan adiknya di luar negeri.
Ketika putri Tan, Shyller hamil anak keempat pada 2015, Tuppani memaksanya untuk menggugurkan kandungannya.
Pada 2016, ayah Tuppani membujuk Tan untuk menjual perusahaannya kepada GKE Corporation.
Namun, alih-alih mendapat 1 juta dolar seperti yang diharapkan, Tan dan putrinya hanya mendapat 450.000 dolar dan saham GKE dari penjualan tersebut.
Sampai pada 2017, Shyller memergoki suaminya itu membeli rumah untuk istrinya yang lain.
Keduanya pun memutuskan untuk bercerai, tapi ada perebutan hak asuh.
Tuppani yang awalnya mengaku tak akan menuntut hak asuh atas ketiga anaknya diam-diam mengajukan klaimnya.
Karena itu, Tan kemudian nekat membunuh menantunya setelah mengalami depresi berat.
Baca Juga: Biodata Artis Bebby Hatami, Pernah Bintangi Banyak FTV dan Sinetron Indonesia
GridPop.ID (*)