Find Us On Social Media :

Tips Hidup: Mulai Sekarang Jangan Lagi Masak Sambal Terasi Ditambah 2 Bahan Ini, Efeknya Ngeri Jika Nekat Dikonsumsi

By Luvy Octaviani, Rabu, 14 Desember 2022 | 18:01 WIB

Ilustrasi sambal terasi

GridPop.ID - Tips hidup berikut ini akan membahas bahaya masak sambal terasi ditambah 2 bahan ini.

Seperti diketahui, orang Indonesia banyak yang menyukai masakan pedas sehingga sambal menjadi salah satu menu andalan.

Salah satu yang menjadi favorit adalah sambal terasi.

Namun bagi pecinta sambal, juga harus waspada terhadap bahan yang dicampurkan.

Mengutip dari laman sajiansedap.com, sambal terasi bisa jadi berbahaya kalau dicampu dengan 2 bahan ini lo.

Jangan sampai nyesel belakangan kalau telat tahu.

1. Minyak Bekas Goreng

Sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak.

Untuk sambal terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas.

Baru kemudian diulek.

Sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya.

Baca Juga: Harga Sembako Selasa 13 Desember 2022, Minyak Goreng Merek Ini Turun Harga di Minimarket Terdekat, Buruan Beli

Hasilnya, sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas tapi juga nikmatdi lidah.

Nah, minyak ini juga memainkan peranan pentinguntuk membuat sambal lebih enak, lo.

Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.

Tujuannya, aroma dan rasa ayam goreng yang tertinggal dalam minyak memberikan cita rasa nikmat pada sambal.

Sambal pun jadi makin nikmat.

Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, lo.

Soalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans.

Pasalnya, untuk menggoreng ayam, biasanya kita menggunakan temperatur tinggii.

Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.

Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.

Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat.

Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.

Baca Juga: Jengkel Anaknya Buang Air Besar Sembarangan, Ayah Tega Aniaya Darah Daging hingga Alami Trauma Berat, Kondisinya Bikin Iba

2. Terasi Oplosan

Ya, ayam goreng paling sering ditemani dengan sambal terasi nikmat.

Rasanya, keduanya sudah jadi teman baik sejak lama.

Tapi, tahukah kamu kalau sambal terasi bisa jadi berbahaya kalau kita tak tahu asal muasalnya?

Soalnya, belakangan banyak ditemukan terasi oplosan yang berbahaya banget bagi tubuh.

Tahun 2017 lau, Kepala UPT Pasar Sungailiat, Ahmad Suherman menemukan peredaran terasi berbahaya di pasar-pasar tradisional.

Seperti terasi yang mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B yang mereka temukan dari hasil pemeriksaan sampel, Selasa (29/8/2017) di UPT Pasar Sungailiat.

Ternyata, terasi tersebut mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B.

Pedagang menambahkan zat pewarna ini supaya tampilan terasi lebih menarik, merah merona dan terlihat segar.

Padahal seperti kita ketahui, Rhodamin B merupakan pewarna pakaian yang berbahaya sekali kalau sampai termakan dan tertelan.

Nah, terasi dengan pewarna ini sebenarnya mudah kita kenali bedanya.

Di antaranya adalah tekstur terasi tersebut kasar, pewarna merahnya tidak merata, berwarna merah mencolok, dan keras.

"Kalau dari udang kan lembut tidak keras seperti ini. Ini ada sisik-sisik ikan di produk terasinya. Diragukanlah dia menggunakan bahan udang. Produknya juga menggunakan zat pewarna. Kalau aslinya mungkin berwarna hitam, pucat tapi karena ini pakai zat pewarna menjadi merah, warnanya biar menarik," ungkap Suherman kepada bangkapos.com.

Baca Juga: Putri Candrawathi Ceritakan Detik-detik Dugaan Pelecehan oleh Brigadir J, Istri Ferdy Sambo Tertunduk hingga Suaranya Bergetar

Sedangkan produk terasi yang sudah lama tidak terjual tersebut berwarna coklat dimana zat pewarnanya sudah pudar dan terasinya mengeras.

"Keras untuk melempar kaca pecah ini," kata Suherman sambil memegang terasi berhodamin yang sudah lama.

Karena itu, proses pemilihan terasi juga penting Anda lakukan di pasaran, lo.

Terasi yang baik kualitasnya, pasti membuat masakan jadi semakin meningkat cita rasanya.

Terasi yang berkualitas baik adalah terasi yang aromanya segar.

Kalau terasi udang, aroma udangnya juga harus terasa.

Dari sudut penampilan, warnanya terlihat alami, agak kusam dan tidak warna merah cerah.

Warna terasi yang terlalu cerah bisa merupakan tanda bahwa warnanya tidak alami.

Warna masakan pun terkadang menjadi tidak cerah atau kusam karena pemakaian terasi yang tidak baik.

Pertimbangan lain dalam memilih terasi, terasi harus kering, tidak basah.

Terasi yang basah akan mudah tercemar jamur dan aman untuk dimakan.

Baca Juga: Perlahan Mulai Dilupakan? Viral Video Konser Farel Prayoga Sepi Penonton, Penonton Keluhkan Sederet Hal Ini

Efek Makanan Pedas Bagi Kesehatan

Dilansir dari laman kompas.com, menyantap makanan pedas bisa memberikan dampak yang beragam bagi tubuh, antara lain:

1. Heartburn

"Beberapa masalah medis bisa memburuk akibat asupan makanan pedas," kata Mary Matone, RD, ahli diet terdaftar di Culina Health.

Makanan pedas bisa memperburuk masalah refluks gastroesofageal, atau juga dikenal dengan Gerd.

Gerd adalah kondisi yang terjadai ketika aliran balik asam lambung ke kerongkongan, yang dapat memicu sensasi terbakar di saluran pencernaan bagian atas dan dada.

"Makanan pedas tidak dianggap sebagai penyebab utama Gerd, namun makanan pedas akan memperburuk gangguan tersebut," ungkap Matone.

"Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, makanan pedas bisa mengiritasi kerongkongan, menyebabkan heartburn dan rasa tidak nyaman."

Studi tahun 2017 yang dimuat ke dalam Journal of Neurogastroenterology and Motility menemukan, senyawa capsaicin dapat memperlambat laju makanan bergerak melalui perut yang meningkatkan risiko refluks.

Sementara itu, University of Chicago Medicine menyatakan, anggapan yang menyebutkan makanan pedas bisa meningkatkan risiko sakit maag tidaklah benar.

"Capsicum sebenarnya dapat mengurangi produksi asam lambung," ujar Matone.

"Makanan pedas, terutama yang mengandung capsicum, bisa membantu memperbaiki gejala pada mereka yang menderita tukak lambung."

Baca Juga: Mumet Pasca Lakoni Sederet Prosesi Pernikahan, Kaesang Pangarep Bakal Segera Boyong Erina Gudono Honeymoon, Kemana?

2. Penurunan berat badan

Ada beberapa teori yang mengungkap peran makanan pedas dalam penurunan berat badan.

Hasil studi yang dimuat ke dalam jurnal Appetite menyebutkan bahan makanan pedas dapat meningkatkan pembakaran kalori dan lemak atau mengurangi nafsu makan.

Dalam studi tersebut, peserta studi diberi senyawa capsaicin dalam bentuk suplemen atau makanan utuh.

Pada peserta yang mengonsumsi capsaicin, terlihat peningkatan dalam pembakaran energi (sekitar 10 persen), namun hasil itu tidak berlangsung lama.

"Bukti menunjukkan asupan capsicum dapat meningkatkan pengeluaran energi dan mendorong penurunan berat badan."

"Namun perlu dicatat peningkatan ini minimal dan tidak menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan tanpa tindakan lain," ucap Matone.

"Perubahan berat badan individu bisa jadi juga tergantung dari berat badan awal dan persentase lemak tubuh individu."

Kesimpulannya, cabai atau bahan makanan pedas tidak bisa dijadikan andalan untuk menurunkan berat badan.

Pendekatan untuk mengurangi berat badan adalah pola makan seimbang dan berolahraga teratur.

3. Meredakan hidung tersumbat

University of Michigan Health menyebut, capsaicin sering digunakan untuk melonggarkan saluran lendir pada hidung.

Reaksi pilek akibat mengonsumsi makanan pedas akan terasa mengganggu bagi sebagian orang.

Namun pada akhirnya, sirkulasi udara akan menjadi lebih baik.

Baca Juga: GEMPAR! Wanita Ini Meninggal Dunia Usai Tertabrak Mobil Sendiri, Tenda Hajatan Jadi Saksi Bisu Insiden Berdarah

GridPop.ID (*)