GridPop.ID - Ini batas waktu puasa Qadha untuk bayar utang puasa Ramadhan.
Barang siapa yang memiliki utang puasa Ramadhan di tahun 2022, ini batas waktu puasa Qadha sebelum puasa Ramadhan 2023.
Puasa qadha berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa namun terpaksa tidak berpuasa terhambat karena halangan atau uzur yang dialami pada saat bulan Ramadhan.
Dalam ajaran Islam, ada dua cara membayar utang puasa Ramadhan, yaitu puasa qadha dan membayar fidyah.
Puasa qadha adalah mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan pada Ramadhan tahun sebelumnya dengan jumlah hari yang sama dengan jumlah hari tidak puasa.
Sedangkan fidyah adalah denda yang dikenakan bagi seorang muslim yang meninggalkan ibadah puasa Ramadhan.
Membayar denda ini dilakukan dengan ketentuan tertentu sesuai syariat.
Dilansir artikel BangkaPos, batas waktu melaksanakan puasa qadha adalah sebelum satu atau dua hari terakhir bulan Syaban, sehingga tidak boleh mepet dengan penetapan bulan Ramadhan.
Hari terakhir di bulan Syaban itu tersebut merupakan hari syak, atau hari meragukan. Haram hukumnya berpuasa.
Awal Ramadhan tahun 2023 diperkirakan jatuh pada akhir pekan ketiga bulan Maret.
Pemerintah belum memutuskan kapan awal puasa tahun ini.
Penentuan awal Ramadhan akan diputuskan melalui sidang isbat yang digelar Kementerian Agama RI menjelang bulan Syaban.
Sebelumnya, Pemerintah telah menetapkan hari libur nasional untuk Hari Raya Idul Fitri 1444 H pada 22-23 April 2023.
Kementerian Agama RI juga telah menerbitkan kalender Islam Hijriah tahun 2023.
Mengacu dua keputusan tersebut, maka awal Ramadhan 1444 H diperkirakan jatuh pada tanggal 22 atau 23 Maret 2023, dengan asumsi puasa Ramadhan genap selama 30 hari.
Lantas, bagaimana bila tidak mampu melunasi utang puasa?
Dilansir artikel Kompas.com, terkait utang puasa Ramadhan, Islam punya alternatif solusi bernama fidyah.
Ini adalah memberi makan per hari kepada fakir miskin sesuai jumlah hari utang puasa Ramadhan.
Selain mazhab Hanafi, tiga mazhab lain berpendapat utang puasa Ramadhan yang belum terbayar hingga Ramadhan berikutnya tiba menyebabkan fidyah wajib dilakukan pula sebagai tambahan dari kewajiban meng-qadha puasa Ramadhan sebelumnya.
Bagi mazhab Syafii, tambahan kewajiban fidyah ini terus dikenakan lagi dan lagi setiap kali Ramadhan tahun-tahun berikutnya tiba selama masih juga ada utang puasa dari suatu Ramadhan belum dilunasi.
Jadi, tidak hanya satu kali bertemu Ramadhan saja membayar fidyah sesuai jumlah puasa terutang, tetapi dilakukan lagi setiap kali Ramadhan tiba selama utang itu belum juga lunas, di luar utang baru puasa Ramadhan bila ada.
Di luar mazhab Syafii, tiga imam lain berpendapat fidyah merupakan tambahan kewajiban meng-qadha utang puasa Ramadhan hanya berlaku satu kali.
Empat imam sependapat bahwa fidyah hanya dikenakan bagi mereka yang sejatinya punya kemampuan membayar utang puasa Ramadhan tetapi ternyata tak kesampaian juga membayar utang itu sampai Ramadhan berikutnya tiba.
Bagi mereka yang memang memiliki sebab yang diperbolehkan untuk tidak mungkin membayar utang puasa sebelum Ramadhan berikutnya tiba, keempat mazhab sepakat mereka tidak wajib membayar fidyah.
Contoh dari ketidakmampuan membayar utan puasa Ramadhan ini bisa lebih gampang disimak lewat ilustrasi.
Misal, pada Ramadhan tahun ini seseorang sakit selama lima hari sehingga tidak berpuasa.
Jadilah dia utang puasa selama lima hari. Tiga hari setelah lebaran, dia berniat membayar utang lima hari puasa itu.
Baru jalan sehari, ternyata dia mengalami kecelakaan dan cedera parah hingga menjalani perawatan sampai Ramadhan berikutnya tiba.
Utang puasanya gagal terbayar.
GridPop.ID (*)