Find Us On Social Media :

Tata Cara dan Bacaan Niat Qadha Puasa Ramadhan, Lengkap dengan Tulisan Arab Latin dan Artinya

By Lina Sofia, Rabu, 25 Januari 2023 | 09:23 WIB

Tata cara dan bacaan niat puasa Qadha

GridPop.ID - Tata cara dan bacaan niat Puasa Qadha pengganti utang puasa Ramadhan tahun lalu.

Sebagaimana diketahui, seorang muslim wajib mengganti utang puasa Ramadhan tahun lalu.

Kewajiban membayat utang puasa Ramadhan tahun lalu dikerjakan sebelum Ramadhan tahun ini tiba.

Berikut tata cara dan bacaan niat puasa qadha:

Syarat puasa qadha

Ada beberapa syarat atau ketentuan dalam mengqadha puasa.

Pertama, qadha puasa tidak boleh dibatalkan kecuali ada halangan yang dibolehkan dalam berpuasa Ramadan.

Kedua, tidak wajib membayar puasa secara berturut-turut, atau boleh dilaksanakan dalam waktu yang tak berurutan jika berhutang lebih dari 1 hari.

Ketiga, mengganti puasa sesuai dengan jumlah utangnya.

Keempat, membaca niat puasa qadha diwajibkan di malam hari sama seperti waktu bulan Ramadan.

Kelima, saat melakukan qadha puasa lalu berhubungan dengan suami/istri di siang hari, maka tidak ada denda yang dibayarkan, melainkan mengganti puasa yang disertai dengan taubat.

Niat puasa qadha

Adapun niat puasa qadha bulan Ramadhan adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءٍ فَرْضَ رَمَضَانً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu Shouma Ghodin 'an qadaa'in fardho ramadhoona lillahi ta'alaa

Artinya : "Saya niat puasa esok hari karena mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta'ala".

Baca Juga: Catat Tanggalnya, Begini Bacaan Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh Muharram yang Jatuh Pada 11-13 Agustus 2022, Lengkap dengan Latin dan Artinya!

Membaca niat puasa qadha harus dilakukan sebelum fajar, atau pada malam hari seperti halnya puasa Ramadhan.

Ketentuan puasa qadha

Dikutip dari kepri.kemenag.com, utang puasa harus dibayar atau qadha sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan.

Ketentuan membayar hutang puasa Ramadan dapat dilihat jelas dalam firman Allah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 184 yang berbunyi:

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.

Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.

Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.

Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Lantas, bagaimana bila tidak mampu melunasi utang puasa?

Dilansir artikel Kompas.com, terkait utang puasa Ramadhan, Islam punya alternatif solusi bernama fidyah.

Ini adalah memberi makan per hari kepada fakir miskin sesuai jumlah hari utang puasa Ramadhan.

Baca Juga: Bacaan Doa Puasa Tasua dan Puasa Asyura yang Jatuh Pada 7 dan 8 Agustus 2022, Lengkap dengan Arti dan Tulisan Latin, Memiliki Keutamaan Hapus Dosa Setahun Sebelumnya!

Selain mazhab Hanafi, tiga mazhab lain berpendapat utang puasa Ramadhan yang belum terbayar hingga Ramadhan berikutnya tiba menyebabkan fidyah wajib dilakukan pula sebagai tambahan dari kewajiban meng-qadha puasa Ramadhan sebelumnya.

Bagi mazhab Syafii, tambahan kewajiban fidyah ini terus dikenakan lagi dan lagi setiap kali Ramadhan tahun-tahun berikutnya tiba selama masih juga ada utang puasa dari suatu Ramadhan belum dilunasi.

Jadi, tidak hanya satu kali bertemu Ramadhan saja membayar fidyah sesuai jumlah puasa terutang, tetapi dilakukan lagi setiap kali Ramadhan tiba selama utang itu belum juga lunas, di luar utang baru puasa Ramadhan bila ada.

Di luar mazhab Syafii, tiga imam lain berpendapat fidyah merupakan tambahan kewajiban meng-qadha utang puasa Ramadhan hanya berlaku satu kali.

Empat imam sependapat bahwa fidyah hanya dikenakan bagi mereka yang sejatinya punya kemampuan membayar utang puasa Ramadhan tetapi ternyata tak kesampaian juga membayar utang itu sampai Ramadhan berikutnya tiba.

Bagi mereka yang memang memiliki sebab yang diperbolehkan untuk tidak mungkin membayar utang puasa sebelum Ramadhan berikutnya tiba, keempat mazhab sepakat mereka tidak wajib membayar fidyah.

Contoh dari ketidakmampuan membayar utan puasa Ramadhan ini bisa lebih gampang disimak lewat ilustrasi.

Misal, pada Ramadhan tahun ini seseorang sakit selama lima hari sehingga tidak berpuasa.

Jadilah dia utang puasa selama lima hari. Tiga hari setelah lebaran, dia berniat membayar utang lima hari puasa itu.

Baru jalan sehari, ternyata dia mengalami kecelakaan dan cedera parah hingga menjalani perawatan sampai Ramadhan berikutnya tiba.

Utang puasanya gagal terbayar.

Baca Juga: Pisah Ranjang, Muzdalifah Bocorkan Kondisi Saat Bertengkar dengan Fadel Islami hingga Sesalkan Hal Ini: Aku Ngalah Mulu

GridPop.ID (*)