Namun juga mengendalikan diri dari emosi, hawa nafsu, dan perbuatan-perbuatan yang tak sesuai kaidah agama.
"Dalam istilah psikologi, pengendalian ini disebut dengan self control," begitu ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (04/05/2021) petang.
Kemampuan menahan diri ini tidak hanya melibatkan akal saja.
Namun juga afeksi atau rasa, dan perilaku atau motoriknya.
Ketika dalam sebulan seseorang terbiasa untuk mengendalikan diri, meningkatkan level self control-nya, maka ia sudah memenuhi komponen utama bagi upaya mewujudkan kehidupan jiwa yang sehat.
Menurut Ratna, puasa juga bisa diibaratkan sebagai olahraga batin.
Karena manusia yang berpuasa dilatih untuk jujur, disiplin, dan sabar menghadapi beragam godaan.
Indikator sehat secara kejiwaan Kemampuan mengendalikan diri merupakan indikator dari kesehatan jiwa seseorang.
Orang yang sehat secara kejiwaan akan memiliki self control yang baik, sehingga terhindar dari berbagai gangguan jiwa yang ringan maupun berat.
Ketika pengendalian diri terganggu, atau self control berada dalam level sangat rendah, maka akan timbul berbagai reaksi-reaksi patologis secara kognisi atau kemampuan berpikirnya, serta afeksi atau perasaannya.
"Jika ini terjadi, maka akan terjadi hubungan yang tidak harmonis antara diri individu dengan diri mereka sendiri (konflik internal), dan juga dengan orang lain yang ada di sekitarnya," terang Ratna.
Baca Juga: 4 Manfaat Puasa bagi Kesehatan Otak, Bantu Kurangi Stres hingga Kurangi Resiko Alzheimer