GridPop.ID - Tidurnya orang berpuasa apakah ibadah?
Ada salah satu hadis yang populer terkait tidurnya orang puasa adalah ibadah.
Lantas, bagaimana mengani hadis tersebut?
Hadis ini kerap disalahartikan, dipelintir, hingga digunakan sebagai alasan untuk bermalas-malasan saat puasa Ramadan.
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR Baihaqi).
Dilansir artikel Kompas TV, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tamtowi, menjelaskan bahwa hadis yang cukup populer ini sebetulnya sudah lama dipertanyakan kualitasnya oleh pada ahli hadis.
Tamtowi bilang, penting untuk memahami hadis tersebut secara kontekstual, bukan tekstual.
Apabila dipahami secara luas, hadis ini masih memiliki manfaat, terlepas dari bagaimana derajat hadis tersebut.
“Saya kira ini tidak bisa dipahami secara teksnya saja, tapi harus dipahami konteksnya. Sebenarnya ini untuk menghindari hiruk-pikuk yang membuat puasa kita ini rusak,” kata Tamtowi saat ditemui di Yogyakarta, Selasa (14/3/2023).
“Kalau memang dia tidak mampu menghindari hal-hal yang sebenarnya secara level (ibadah) kedua, kan level pertama menahan makan dan minum, tapi pada level kedua kan misalnya suudzon, kalau belum mampu untuk meninggalkan itu lebih baik tidur,” sambung dia.
Jika ditilik melalui cara pandang tersebut, maka fungsi puasa sebagai tameng atau benteng diri agar tidak terjatuh pada hal-hal yang merusak puasa dapat dilakukan.
Dosen Filsafat Hukum Islam ini menegaskan, hadis tidurnya orang puasa adalah ibadah ini bukan untuk membenarkan seseorang bermalas-malasan atau meninggalkan kewajiban yang lain.
“Tapi bukan berarti meninggalkan kewajiban dia yang lain, misalnya bekerja. Ini salah paham. Bukan untuk legitimasi untuk dia malas melakukan sesuatu,” pungkas Tamtowi.
Sementara itu dilansir artikel Bangkapos.com, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah, Wahid Ahmadi mengatakan, orang yang tidur saat berpuasa lebih baik daripada membicarakan hal yang tidak baik.
Umat Islam yang tidur saat ber puasa di bulan Ramadhan, merupakan pilihan masing-masing orang.
Orang yang tidur tersebut akan mendapatkan pahala, apabila dilakukan untuk ketaatannya pada Allah SWT.
"Orang yang ber puasa sebenarnya adalah orang yang dalam ketaatan terus menerus."
"Sepanjang dia masih dalam keadaan ber puasa, tidak makan, tidak minum atau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa," ujar Wahid Ahmadi dalam program Tanya Ustaz di YouTube Tribunnews.com, beberapa waktu lalu.
"Itu pilihan dia, karena sebenarnya kalau dia mau bisa saja makan dan minum, tetapi dia (orang yang tidur) takut dosa, dan dia tahu itu adalah kewajiban."
"Maka sepanjang itu dia mendapatkan pahala, karena dalam ketaatan kepada Allah SWT," jelasnya.
Namun, kata Wahid Amhadi, alangkah lebih baik jika menggunakan waktu selama ber puasa dengan kegiatan yang positif.
"Paling tidak, dengan tidur, kalau orang itu bisa ngomong tidak baik, tidur membuat dia netral," katanya.
"Tentu saja yang paling baik adalah ketika digunakan untuk hal-hal yang lebih positif, seperti baca Alquran, zikir, belajar," terang Wahid Ahmadi.
Ia kembali menegaskan, tidur lebih baik daripada membicarakan hal yang tidak bermanfaat saat ber puasa.
"Jika dibanding dia melek, kemudian ngomong ke sana ke mari, tentu saja lebih baik digunakan untuk tidur," imbuhnya.
Wahid Ahmadi menambahkan, orang yang diam saat puasa karena tak ingin membicarakan hal negatif, juga akan mendapat pahala.
"Bukan hanya tidur, diamnya orang puasa saja sudah mendapatkan pahala," ungkap dia.
"Memang orang yang diikat oleh aturan puasa, sepanjang hari berada dalam ketaatan pada Allah, dan mendapat ganjar dari Allah," pungkas Wahid Ahmadi.
GridPop.ID (*)