Find Us On Social Media :

Ada Padusan di Indonesia, Ini Dia 5 Tradisi Unik dari Berbagai Negara Jelang Bulan Suci Ramadhan

By Grid.,Helna Estalansa, Rabu, 22 Maret 2023 | 07:42 WIB

5 Tradisi Unik Menjelang Ramadhan di Berbagai Negara

GridPop.ID - Besok umat muslim di seluruh dunia akan menyambut bulan suci Ramadhan 2023.

Itu artinya, umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Nah sebelum bulan suci Ramadhan itu datang, biasanya ada tradisi unik yang akan dilakukan masyarakat.

Seperti diketahui, bulan suci Ramadhan tak hanya identik dengan puasa.

Di berbagai belahan Bumi lainnnya, ada beberapa negara yang memiliki tradisi unik yang dilakukan saat menjelang bulan suci tersebut.

Ada yang menyambutnya dengan melakukan ritual menembakkan meriam hingga menyalakan lentera.

Lantas, apa saja tradisi unik untuk menyambut Ramadhan di berbagai negara?

Tradisi unik jelang Ramadhan di berbagai negara

Berikut ini adalah daftar tradisi unik yang dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang dilakukan di berbagai negara:

  1. Padusan di Indonesia
  2. Menembakkan meriam di Lebanon
  3. Anak-anak bernyanyi meminta permen di Uni Emirat Arab
  4. Penabuh drum sahur di Turkiye
  5. Menyalakan lentera warna-warni selama Ramadhan di Mesir

Untuk penjelasan lebih lanjut, simak di bawah ini:

1. Padusan di Indonesia

Dikutip dari Kompas.com (25/3/2022), ada beberapa tradisi yang dilakukan umat Islam untuk menyambut Ramadhan di Indonesia, salah satunya adalah tradisi "membersihkan diri" sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi bersuci yang disebut padusan (artinya "mandi" dalam bahasa Jawa).

Padusan adalah tradisi turun temurun yang dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air lainnya.

Makna padusan bagi masyarakat Jawa adalah menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut datangnya bulan suci.

Tujuannya agar saat Ramadhan datang, umat Islam dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Apabila ditelaah lebih jauh, padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.

Baca Juga: Jelang Ramadhan 2023, Yuk Ketahui 3 Manfaat Puasa yang Ternyata Baik untuk Kesehatan dan Kecantikan

2. Menembakkan meriam di Lebanon

Dilansir dari The Culture Trip, banyak negara di Timur Tengah melakukan tradisi menembakkan meriam setiap hari selama Ramadhan untuk menandai berakhirnya puasa pada hari itu.

Tradisi ini juga dikenal sebagai midfa al iftar yang sudah dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu, ketika negara tersebut diperintah oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam.

Hal ini bermula saat Qadam menguji meriam baru saat matahari terbenam.

Secara tidak sengaja, Qadam menembakkan meriam tersebut dan suaranya bergema di seluruh Kairo.

Mulai saat itu, banyak warga sipil yang berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa.

Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan ini sebagai tradisi.

Praktik ini kemudian menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon.

Di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.

Tradisi tersebut sempat dikhawatirkan akan hilang pada 1983 setelah invasi yang menyebabkan penyitaan beberapa meriam yang kemudian dianggap sebagai senjata.

Namun, tradisi tersebut kemudian dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini untuk memperingati Ramadhan.

Baca Juga: Terbukti Khasiatnya, Berikut Manfaat Puasa Ramadhan 2023 untuk Kesehatan, Salah Satunya Bakar Racun Dalam Tubuh

3. Anak-anak bernyanyi meminta permen di Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab (UEA) juga memiliki tradisi untuk menyambut Ramadhan, yakni tradisi haq al laila yang terjadi pada setiap tanggal 15 Syakban, satu bulan sebelum Ramadhan.

Pada 15 Syakban, anak-anak di UEA akan berkeliling di lingkungan rumah mereka mengenakan pakaian cerah, mengumpulkan permen dan kacang dalam tas jinjing yang dikenal sebagai kharyta.

Selain itu, anak-anak juga akan menyanyikan lagu-lagu tradisional lokal.

Beberapa nyanyian yang sering dinyanyikan oleh anak-anak di UEA adalah Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang jika diterjemahkan dari bahasa Arab menjadi "Berikan kepada kami dan Allah akan membalas dan membantu Anda mengunjungi Rumah Allah di Mekkah".

Anak-anak ini akan bernyanyi di jalan-jalan dengan penuh semangat sambil mengumpulkan hadiah mereka.

4. Penabuh drum sahur di Turkiye

Sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, orang-orang yang berpuasa pada Ramadhan biasa terbangun oleh suara genderang atau drum yang ditabuh di pagi hari untuk sahur.

Terlepas dari berlalunya waktu (dan terlepas dari penemuan jam alarm), lebih dari 2.000 penabuh genderang masih berkeliaran di jalanan Turkiye, menyatukan komunitas lokal selama bulan suci.

Penabuh genderang akan mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez (semacam peci khas Turki) dan rompi yang dihiasi dengan motif tradisional.

Saat mereka berkeliling dengan davul (gendang Turkiye berkepala dua), para penabuh Ramadhan mengandalkan kemurahan hati warga untuk memberi mereka tip atau bahkan mengundang mereka untuk berbagi makanan sahur.

Baca Juga: Agar Tidak Lemas Selama Puasa, Ketahui Nutrisi Tepat Saat Sahur Berikut Ini

5. Menyalakan lentera warna-warni selama Ramadhan di Mesir

Setiap tahun, orang-orang Mesir akan menyambut Ramadhan dengan fanous atau lentera rumit yang berwarna-warni.

Lentera ini melambangkan persatuan dan kegembiraan di sepanjang bulan suci Ramadhan.

Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, tradisi ini sangat terkait dengan bulan suci Ramadhan, dengan makna spiritual.

Ada kisah yang menyebutkan tentang kapan pertama kali fanous muncul di Mesir, yakni pada suatu malam selama Dinasti Fatimiyah.

Saat itu, orang Mesir menyapa Kekhalifahan Al-Mu'izz li-Din Allah saat dia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan.

Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap dan melindunginya dalam bingkai kayu agar tidak meledak.

Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.

Saat ini, fanous sering diintegrasikan ke dalam tradisi lokal lainnya.

Misalnya, saat bulan suci, anak-anak berjalan-jalan dengan lentera mereka, bernyanyi riang sambil meminta hadiah dan permen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Tradisi Unik Menjelang Ramadhan di Berbagai Negara, Apa Saja?"

Baca Juga: Tips Hidup Bagi Wanita, Jaga Kesehatan Miss V Agar Terhindar dari Bau Tak Sedap dengan Konsumsi 5 Makanan Ini, Nomer 4 Lekat dengan Mitos Mengerikan

(*)