GridPop.ID - Cara yang dianjurkan untuk membangunkan orang sahur sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Tak bisa sembarangan, membangunkan orang sahur ternyata memiliki adab yang harus diperhatikan.
Meski membangunkan orang sahur dapat pahala yang berlimpah, tapi cara membangunkannya pun harus diperhatikan.
Adapun mengingatkan atau membangunkan orang sahur merupakan ibadah sunnah yang penuh keberkahan di bulan Ramadhan sebagaimana doa menyambut Ramadan, seperti dalam hadis berikut :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
Dari Anas bin Maalik Radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Bersahurlah kalian karena dalam sahur ada keberkahan.”
Maka dari itu dan harus diperhatikan juga, bahwa jangan sampai kita salah membangunkan orang untuk sahur yang bisa jadi mengganggu orang lain atau malah membuat orang lain menjadi berdosa.
Seperti dalam kanal YouTube Yufid TV - Pengajian dan Ceramah Islam yang dikutip dari Tribun Palu, ada cara tepat untuk membangunkan sahur sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Cara yang kurang tepat
Cara yang kurang tepat ternyata kerap kali dilakukan oleh masyarakat, bahkan cara ini malah menjadi sebuah kebiasaan.
Berikut adalah cara yang kurang tepat yang tidak dilakukan di zaman Nabi Muhammad SAW:
1. Berteriak
Pada zaman sekarang banyak ditemukan orang berkeliling dan berteriak "sahuuur! sahuuur!"
2. Menabuh Kentongan
3. Menyalakan Murattal di Masjid
4. Menyalakan lagu religi penuh musik
Baca Juga: Dipercaya Bisa Cegah Rasa Haus Selama Puasa, Ini Efek Berbahaya Minum Oralit Saat Sahur Menurut Ahli
Cara ini akan mengganggu orang yang salat malam atau orang yang sedang beristirahat.
Memang, membaca Al-Quran sebuah kegiatan yang baik.
Namun, bukankah ketika Al-Quran diperdengarkan seseorang diisyaratkan untuk mendengarkannya?
Allah SWT berfirman : 'Apabila dibacakan Al-Quran, perhatikanlah dan diamlah, agar kalian diberi rahmat' - Q.S Al-A'raf : 204
Coba bayangkan jika seseorang ketika diperdengarkan Al-Quran kemudian malah ditinggal tidur?
Hal ini pun pernah terjadi di zaman sahabat, mereka melakukan salat tahajud dengan mengeraskan bacaan Al-Quran.
Kemudian, hal tersebut pun dilarang oleh Nabi Muhammad SAW, karena hal ini menganggu.
Cara yang dianjurkan dalam membangunkan orang sahur
Cara yang dianjurkan dalam membangunkan orang sahur adalah dengan mengumandangkan Adzan 2 kali di waktu pagi.
Adzan di masa Nabi Muhammad SAW di waktu pagi ada dua.
1. Adzan Awal : dilakukan sebelum terbit fajar shodiq oleh Bilal bin Rabah.
2. Adzan Subuh : dilakukan setelah terbit fajar subuh oleh sahabat Abdullah bin Ummi Maktum.
Dilansir artikel Kompas TV, Ustaz M Arsyad Haikal mengatakan pada zaman Nabi, membangunkan sahur dilakukan dengan menggunakan azan yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah.
Baca Juga: Disebut Dalam Al-Qur'an, Inilah Manfaat Pisang yang Dikonsumsi saat Sahur dan Berbuka Puasa
“Jadi pada zaman nabi itu, sebelum masuk waktu fajar, Bilal bin Rabah mengumandangkan azan. Setelah itu, ia berdzikir sampai fajar tiba. Saat fajar tiba, ia turun dari menara dan memberitahukan Abdullah bin Ummi Maktum untuk azan,” kata Ustadz Arsyad kepada KompasTV, Sabtu (24/4/2021).
Ia menjelaskan, Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang tunanetra (buta) sehingga ia tidak tahu kapan waktu fajar tiba. Maka Bilal bin Rabah memerintahkan Abdullah bin Ummi Maktum untuk azan sebagai pertanda waktu Subuh.
“Nah, jadi penduduk Madinah itu sudah tahu, kalau azannya Bilal itu bukan azan salat Subuh tetapi azan untuk salat malam atau bangun sahur. Adapun azannya Abdullah bin Ummi Maktum itu pertanda datangnya waktu subuh. Maka kata nabi, makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan,” jelas Ustaz Arsyad.
Penjelasannya Ustaz Arsyad tersebut, berkenaan dengan hadis nabi, dari Salim bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan di malam hari, makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan." Salim bin Abdullah berkata, "Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang laki-laki buta, ia tidak mengumandangkan azan hingga dikatakan padanya, 'Subuh telah tiba, Subuh telah tiba'." (Hadits Shahih Riwayat Malik)
Selain itu, Ustaz Arsyad menambahkan, membangunkan sahur menggunakan cara di zaman nabi tidak bisa diterapkan di zaman sekarang, terutama Indonesia.
“Pada zaman nabi menggunakan azan untuk membangunkan sahur dan itu efektif karena penduduk pada zaman nabi, di Madinah itu imannya pada tinggi, mendengar azan langsung tergugah hatinya. Dan di masyarakat kita, yang banyak orang awam, membangunkan sahur dengan azan sepertinya kurang efektif,” imbuhnya.
Dalam menerapkan sunah, ada yang disebut ghoyah (tujuan) dan wasilah (sarana). Artinya, dalam membangunkan sahur bisa menggunakan cara (wasilah) apapun yang penting tujuan (ghoyah) untuk membangunkan sahur tercapai. Misalnya, menggunakan bedug seperti pada zaman Sunan Kudus.
“Jadi, menggunakan bedug boleh-boleh saja. Cuma ada batasnya. Ketika itu memang mengganggu maka ada kaidah lain, kaidah usul fiqh, bahwa kemudaratan itu harus dihilangkan."
"Kalau sampai menemukan mudarat (masalah), misalnya ibu yang bayinya terbangun gara-gara itu, kan ibunya jadi repot ya. Mau sahur itu jadi repot karena anaknya nangis. Nah, itu maka tidak boleh terjadi seperti itu.”
Menurut Ustaz Arsyad, ketika terjadi konflik atau mudarat pada cara membangunkan sahur maka dikembalikan kepada adat masing-masing dengan duduk bersama mencari solusi.
“Kalau kesel pun, ingat tujuan mereka baik biar kita sahur. Sahur pahalanya luar biasa. Wallahu a’lamu bis-shawab,” tutup Ustaz Arsyad.
Baca Juga: 7 Tips Menu Diet Saat Sahur Agar Kuat Jalani Puasa Ramadhan 2023, Dijamin Tak Gampang Merasa Lapar