- Faktor Psikologis
Masalah ini juga didorong oleh sejumlah faktor psikologis seperti stres dan kecemasan terkait pekerjaan, kekhawatiran tentang kinerja seksual, masalah perkawinan atau hubungan, depresi, perasaan bersalah, masalah pada citra tubuh atau efek atau trauma seksual di masa lalu.
"Jadi, ada yang mereka itu khawatir terhadap banyak hal terkait seksualitas, juga sedang stres atau depresi, atau justru karena sudah sering mengalami kegagalan dalam berhubungan intim,
makanya cenderung mereka merasa bersalah dan akhirnya disfungsi seksual itu terjadi," jelas Grace.
Bukan itu saja, efek fungsi seksual juga terjadi lantaran kekhawatiran yang dirasakan ketika hamil atau perubahan situasi seperti baru menjadi ibu.
- Faktor Hormonal
"Pada saat kadar hormon berubah, misal pada saat hamil, atau setelah melahirkan atau selama menyusui, gairah seksual seorang perempuan umumnya menurun.
Vagina pun terasa kering sehingga semakin menurunkan keinginan untuk berhubungan seksual," ujar dia.
Ketika menopause, penurunan kadar hormon estrogen akan memicu perubahan pada jaringan di organ kelamin serta respons terhadap rangsangan seksual.
"Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat wanita (yang sedang hamil, baru melahirkan dan menyusui) terangsang hingga mencapai orgasme.
Juga, dinding vagina yang menjadi lebih tipis dan kurang elastis akan memicu nyeri pada saat penetrasi," jelasnya.
Baca Juga: 5 Bulan Pasca Menikah Tak Pernah Hubungan Intim, Pria Ini Syok Bukan Main saat Tahu Sang Istri Hamil