GridPop.ID - Kelakuan bejat sopir travel langganan keluarga beberapa waktu lalu menjadi sorotan.
Bagaimana tidak? modus ajak anak majikan jalan-jalan malah dibelokkan ke hotel lalu disetubuhi.
Tak cuma sekali, aksi bejat dilakukan pelaku sebanyak 3 kali. Peristiwa ini terjadi pada tahun 2021 lalu.
Seorang anak gadis di bawah umur disetubuhi sopir travel langganan hingga berkali-kali.
Dilansir oleh GridPop.ID dari TribunJakarta.com, sopir travel berinisial JJ (30) nekat melampiaskan nafsu birahinya pada TA (14).
Modus yang dilakukan pelaku yakni dengan alasan mengajak jalan-jalan kemudian dibelokkan ke sebuah hotel.
Aksi bejat pelaku berhasil terkuak ketika ayah korban, WS (42) menemukan test pack di kamar anaknya.
WS pun menanyakan terkait temuannya itu pada sang anak, dan benar saja sopir travel bejat langganan keluarga itu telah merenggut kesucian korban.
Adapun Kapolresta Banyumas, Kombes Pol Edy Suranta Sitepu, melalui Kasat Reskrim Kompol Berry mengatakan, sopir travel itu melakukan perbuatan tersebut di bulan Juli tahun 2021.
Persetubuhan dilakukan di Hotel Cipendok Indah Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
"Modusnya tersangka mengajak korban untuk jalan-jalan menuju ke Cipendok Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
Setelah sampai di Cipendok, tersangka malah membelokkan motornya ke sebuah hotel.
"Kemudian tersangka memesan kamar dan mengajak korban masuk ke dalam kamar dan selanjutnya tersangka menyetubuhi korban," ujar Berry dalam keterangan tertulis kepada Tribunjateng.com.
Pelaku, kata Berry mengenal gadis tersebut karena orang tuanya sudah langganan jasa travel dimana JJ bekerja.
"Orangtua korban biasa naik travel yang dikemudikan oleh pelaku," katanya.
Lebih lanjut, tersangka melakukan aksi pemerkosaan sebanyak tiga kali sejak Juli 2021 dan dilakukan dengan ancaman.
"Korban menangis kesakitan, namun oleh tersangka mulut korban dibungkam dan mengatakan kepada korban: 'diam, jangan teriak kamu, mau saya bunuh, kamu mau mati di sini'," terangnya.
Usai puas menyetubuhi korban, pelaku mengantarnya pulang dan seolah tak terjadi apa-apa.
Dilansir dari Tribunnews.com, orang tua korban yang tak terima dengan perbuatan pelaku akhirnya melaporkannya ke unit PPA Satreskrim Polresta Banyumas.
Polisi kemudian menangkap pelaku serta barang bukti berupa satu satu buah celana jeans warna biru, satu buah hijab warna hitam, satu buah baju warna cokelat, satu buah BH warna coklat dan satu buah celana dalam motif bunga warna hitam untuk penyidikan lebih lanjut.
Pelaku dijerat dengan Pasal 82 UU Nomor 35 Tahun 2014 Jo UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Bantu Atasi Trauma Korban Kekerasan Seksual
Dilansir dari laman kompas.com, menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim, trauma yang dialami korban kekerasan seksual adalah trauma serius.
Selain itu, penghayatan masing-masing korban terhadap trauma yang dialaminya juga tidak seragam. Sifatnya bisa sangat spesifik.
Menurut Ratih, cara untuk pulih adalah dengan menjalankan sesi konseling dan terapi yang intensif, teratur, disiplin dengan psikoterapis klinis, yang biasanya dilakukan oleh psikolog klinis atau psikiater.
"Sesi-sesi terapi yang dibutuhkan bisa berlangsung panjang, sampai yang bersangkutan mampu membangun kekuatannya untuk memulihkan diri," ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2020).
Ratih juga mengatakan, dukungan keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk membantu korban agar lekas bangkit dari trauma.
"Berdoa juga merupakan cara yang membantu bersamaan dengan psikoterapi," tambahnya.
Baik pria atau wanita, menurut Ratih, akan mengalami trauma yang sama ketika mengalami peristiwa mengerikan tersebut.
Hal itu terjadi karena peristiwa traumatis tidak mengenal gender sehingga siapapun yang menjadi korban juga berpotensi mengalami trauma mendalam.
Senada dengan Ratih, psikolog klinis dari Personal Growth, Talissa Carmelia, juga mengatakan hal yang sama.
Menurutnya, setiap korban kekerasan seksual pasti membutuhkan waktu untuk dapat kembali beraktivitas.
"Setiap korban memiliki waktu dan cara yang berbeda dalam menghadapi kejadian tersebut," ucapnya. GridPop.ID (*)