GridPop.ID - Wilayah Indonesia berada di wilayah Ring of Fire alias Cincin Api yang menyimpan konsekuensi.
Dikutip GridPop.ID dari Tribun Jogja, (29/12/2018), bencana alam tsunami, gempa bumi dan gunung api menjadi bagian dalam kehidupan warga Indonesia.
Dikutip dari Ekspedisi Cincin Api Kompas, Indonesia termasuk dalam kawasan Ring of Fire, Sabuk Alpide dan tempat bertemunya tiga lempeng benua, Indo-Australia di Selatan, Eurasia di Utara dan Pasifik di bagian Timur.
Berdasarkan dari situs BMKG sendiri, pertemuan tiga lempengan tersebut membuat Indonesia termasuk daerah rawan gempa bumi.
Bukti paling mengerikan ketika terjadinya gempa bumi dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004 silam, dengan kekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter, dikutip dari Tribun Style.
Bencana itu juga disertai tsunami dengan setinggi 30 meter.
Sedangkan di sisi lain, dikutip dari Tribun Jogja, berdasarkan data dari aplikasi Magma Indonesia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per Sabtu (29/12/2018) ada 68 gunung api aktif di Indonesia.
Berkaca dari itu, bencana gempa, tsunami, hingga gunung api pun selalu mengintai wilayah Indonesia hingga warga pun harus selalu waspada.
Secara khusus, pemerintah memberikan peringatan dini terkait bencana di wilayah Mentawai dan Bengkulu yang diintai gempa serta tsunami.
Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Barat (Sumbar), Nasrul Abit.
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (5/5/2019), Wagub Sumbar Nasrul Abit mengatakan, kabupaten kepulauan Mentawai Sumatera Barat, diintai gempa maha dahsyat bermagnitudo 8,9 SR.
Nasrul Abit mengemukakan pernyataan itu berdasarkan pendapat 5 ahli kegempaan Jepang dengan fokus penelitian Pulau Mentawai di Sumatera Barat.
"Saat ini, gempa maha dahsyat masih mengendap di 20 mill Kepulauan Mentawai. Tepatnya, di Samudera Hindia. Jika gempa maha dahsyat itu terjadi, akan menyebabkan gelombang tsunami setinggi 12 meter," kata Nasrul Abit saat mengunjungi Bengkulu di kantor BPBD Bengkulu, Sabtu (4/5/2019).
Gelombang tsunami itu akan menyapu kawasan di pesisir barat Sumatera, termasuk Kabupaten Mukomuko dan kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu, dengan perkiraan kecepatan mencapai 827 kilometer.
"Lima ahli gempa dari Jepang ke Mentawai. Mereka memprediksi ada gempa yang masih mengendap. Kekuatannya 8,9 SR. Tapi, kalau gempa sering terjadi, gempa besar itu tidak akan terjadi. Kita harus mempersiapkan diri," tambah Nasrul Abit.
Baca Juga : Tak Lolos ke Senayan, Keluarga Beberkan Masa Lalu Mulan Jameela yang Berjualan Kain untuk Menyambung Hidup
Lanjut Nasrul, gempa itu menjadi sinyal untuk waspada bagi warga Sumatera Barat dan Bengkulu, terlebih yang berada di tepi pesisir barat Sumatera.
Sehingga, kata Nasrul, masyarakat yang berada di radius 2,5 kilometer dari bibir pantai harus mengungsi.
"Jika gempa berpotensi tsunami itu terjadi, mau tidak mau sampai juga ke Mukomuko. Pantai barat ini mesti waspada terutama gempa dan tsunami. Kita berdoa agar gempa ini tidak terjadi. Di Sumatera Barat, kita sudah sampaikan jika terjadi gempa selama 30 detik maka masyarakat harus mengungsi," terangnya.
Untuk itu, Nasrul mengharapkan adanya edukasi untuk segala lapisan masyarakat, baik orang tua, dewasa, remaja hingga anak-anak.
Gempa berdampak gelombang tsunami ini merupakan peringatan dini bagi masyarakat agar dapat waspada.
"Kabupaten Mukomuko juga harus siap dengan bencana. Ini peringatan dini untuk kabupaten Mukomuko, agar dapat waspada," sampai Nasrul.
Sementara itu, Bengkulu telah diterjang banjir dan longsor pada 27 April 2019 lalu.
Terdapat 24 korban meninggal dunia, 4 dinyatakan hilang, serta 13 ribu warga mengungsi dan 12 ribu terdampak.
Pemprov Sumatera Barat serahkan bantuan 1 ton rendang untuk korban bencana banjir dan longsor di Bengkulu. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Style,Tribun Jogja |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar