Sebab, sikap Prabowo dan Badan Pemenangan Nasional (BPN) ini tidak sesuai klaim-klaim selama ini.
Di satu sisi, Prabowo sudah mendeklarasikan kemenangan lebih dari satu kali berdasarkan real count yang dilakukan BPN.
Di sisi lain, Prabowo justru menolak real count yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Padahal, real count kubu 02 berbasis C1 seperti real count versi KPU.
Menurut Arsul, BPN sebetulnya punya modal untuk memprotes hasil perhitungan di ruang rekapitulasi dengan berbekal real count versi mereka itu.
Baca Juga: Pendukungnya Ancam Penggal Kepala Jokowi, Prabowo Diminta Jangan Diam dan Bersembunyi
"Jika sama-sama berbasis C1 mestinya kalaupun ada perbedaan ya dipertunjukan dong di ruang rekapitulasi suara KPU. Bukan diungkapkan di luar KPU," ujar Arsul.
Belum lagi soal daftar pemilih tetap (DPT) tak wajar sebesar 17,5 juta.
Source | : | Kompas.com,ANTARA |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar