GridPop.ID - Kepergian Ani Yudhoyono pada Sabtu (1/6/2019) menyisakan duka dan kehilangan mendalam bagi keluarga, kerabat dan warga Indonesia.
Sepeninggalnya istri Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, Indonesia telah kehilangan sosok wanita yang luar biasa.
Namun di balik pil pahit rasa kehilangan itu, Ani Yudhoyono meninggalkan berjuta cerita inspiratif semasa hidupnya.
Cerita-cerita itulah yang membekas dan tumbuh di hati orang-orang yang menyayanginya, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut Pandjaitan menceritakan momen terakhir Presiden RI ke-6 bersama sang istri menghembuskan napas terakhirnya.
Kala itu, Luhut Pandjaitan menjadi saksi SBY memberikan ciuman terakhir untuk Ani Yudhoyono.
Hal itu dibagikan oleh Luhut Pandjaitan melalui akun Facebook pribadi, Senin (2/6/2019).
Luhut Pandjaitan mengunggah beberapa foto termasuk saat berada di ruang ICU sesaat setelah Ani Yudhoyono meninggal dunia.
Terlihat Luhut Pandjaitan memeluk dan menguatkan SBY.
Kemudian nampak Luhut Pandjaitan juga memberikan penghormatan terakhir pada Ani Yudhoyono.
Menurut Luhut Pandjaitan, SBY mencium kening sang istri sambil membisikan sesuatu seolah Ani Yudhoyono masih ada.
Ia melihat bagaimana SBY yang biasa terlihat gagah layaknya prajurit bisa menjadi rapuh saat ditinggal sang istri.
Saat memberikan kekuatan pada SBY, Luhut Pandjaitan hanya bisa memeluk karena telah kehabisan kata-kata melihat pemandangan itu.
"Di ruang ICU itu kemarin, beberapa saat setelah jasad Bu Ani dibersihkan, saya berada di samping Pak SBY yang mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu seolah-olah belahan jiwanya itu masih bernyawa," tulisnya.
"Di titik itu saya melihat habisnya separuh jiwa Pak SBY. Saya kehabisan kata-kata. Saya hanya bisa memeluk Beliau, lalu memberikan penghormatan terakhir saya pada almarhumah Ibu Negara dari Presiden ke-6 RI tersebut," imbuh Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut Pandjaitan juga menyadari bahwa rasa kehilangan SBY tentu akan dirasakan semua orang.
Saat itu pula, lanjut Luhut Pandjaitan, hanya ada air mata yang mampu menumpahkan pedih hati kehilangan orang tercinta sebagaimana yang ditunjukkan SBY.
"Sehebat apapun pencapaian kita, air mata tetap tak ayal dibendung ketika saat itu tiba. Seperti bagaimana saya menyaksikan seorang mantan Presiden yang menangis selayaknya seorang manusia biasa yang terdiri dari darah, daging, tulang dan emosi juga," tulisnya.
Tak berhenti sampai di situ, Luhut Pandjaitan juga menyoroti peti mati yang disiapkan untuk Ani Yudhoyono.
Jauh dari kesan mewah, Luhut Pandjaitan menyebut peti mati untuk Ani Yudhoyono nampak sederhana.
Hal itu justru mengingatkan Luhut Pandjaitan dan banyak orang tentang 'kendaraan' terakhir manusia saat mati kelak.
Tak memandang status siapa diri kita, semua akan sama ketika pulang ke Sang Khalik.
"Masih di National Universty Hospital, 10 sampai 15 menit setelah momen itu, keranda jenazah didatangkan. Melihat begitu sederhananya peti mati yang disiapkan, membuat saya merenung, bahwa inilah yang akan kita semua pakai nantinya," ungkapnya.
"Tidak peduli apakah kita Presiden, Ibu Negara, Wakil Presiden, ataupun hanya manusia biasa, semua sama saja. Ketika sudah selesai waktu kita di dunia ini, kita akan diperlakukan sama. Tinggal masalah kapan, di mana, dan bagaimana kita berpulang," katanya.
Tak lupa, Luhut Pandjaitan juga memberikan pesannya untuk semua orang yang masih menjalani kehidupan.
"Bagi saya, pada akhirnya hidup adalah tentang bagaimana kita bisa berbagi dengan orang lain, berbuat baik kepada orang lain. Hidup begitu singkat, untuk apa kita berbuat curang atau culas," tuturnya.
"Buat apa juga kita senang membuat permusuhan atau membuat orang lain menjadi susah. Termasuk dalam hidup bernegara, untuk apa juga kita membuat perkara atau keributan terus menerus," tulisnya.
Ia juga mengajak untuk mendoakan SBY beserta keluarga menghadapi kepergiaan Ani Yudhoyono.
"Selain itu saya juga melihat keteladanan SBY sebagai seorang suami yang mau terus mendampingi istrinya sampai akhir, mengesampingkan kesibukannya selama 4 bulan terakhir ini," tulisnya.
"Terakhir, saya mengajak kita semua untuk mendoakan Pak SBY dan keluarga, supaya diberi kekuatan. Manusia hanya bisa berencana, tapi kehendak Tuhan yang jadi," tutupnya
Sebagaimana diketahui, Ani Yudhoyono meninggal dunia di National University Hospital, Singapura, Sabtu (1/6/2019), pukul 11.50 waktu setempat.
Kondisi terakhir kesehatan Ani Yudhoyono sempat mengalami penurunan hingga harus dirawat di ruang Intensif Care Unit (ICU).
Selama empat bulan terakhir, Ani Yudhoyono berjuang melawan kanker darahnya hingga menghembuskan napas terakhir. (*)
Source | : | Kompas.com,Facebook,Tribun Bogor |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar