GridPop.ID - Polda Metro Jaya telah menetapkan Sofyan Jacob sebagai tersangka kasus makar.
Mantan Kapolda Metro Jaya tersebut rupanya memiliki catatan tersendiri dalam karirnya.
Selain kini sudah jadi tersangka, dulu Sofyan Jacob sempat terjerah kasus 'koboi'.
Dilansir dari Kompas.com, Mantan Kapolda Metro Jaya Komisaris Jenderal (Purn) Polisi Muhammad Sofyan Jacob ditetapkan sebagai tersangka dugaan makar.
"Sudah tersangka, kasusnya pelimpahan dari Bareskrim Polri," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono kepada wartawan, Senin (10/6/2019).
Sedianya Sofyan diperiksa sebagai tersangka di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya hari ini pukul 10.00 WIB. Namun, Sofyan berhalangan hadir karena sakit.
"Ditunda ya (pemeriksaannya)," ujarnya.
Sementara itu, Kuasa Hukum Sofyan, Ahmad Yani juga membenarkan ihwal pemeriksaan itu.
Ia datang ke Polda untuk memberikan surat permohonan penjadwalan ulang kepada penyidik.
"Ya hari ini Pak Sofyan Jacob dijadwalkan pemeriksaan, tapi beliau berhalangan, karena sakit. Pada hari ini tadi kita antar ke penyidik untuk dijadwalkan ulang," ungkap Yani.
Lalu siapakah sosok Sofyan Jacob ini?
Berikut GridPop.ID rangkum 5 fakta terkait Sofyan Jacob.
1. Kelahiran Lampung
Dikutip dari buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional karangan Heri Wardoyo dkk via Tribunnews.com, Sofyan Jacob lahir di Tanjungkarang, Lampung pada 31 Mei 1947.
Sofyan Jacob bersekolah di SR Negeri 7 Kotabumi, Lampung Utara; SMPN 1 Tanjungkarang; SMAN 1 Tanjungkarang (1967).
Lulus dari SMA, ia masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Kepolisian pada 1970.
Lantas kembali melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada 1977 serta Magister Manajemen Sumber Daya Manusia (1997).
2. Awali Karier sebagai Polisi Perairan dan Udara
Masih dari buku yang sama, Sofyan Jacob mengawali karier kepolisiannya sebagai Polisi Perairan dan Udara.
Ia juga sempat menjabat sebagai kapolres, di antaranya Kapolres Tapanuli Selatan; Kapolres Asahan; Kapolres Simalungun; dan Kapolres Deli Serdang.
Kemudian, ia juga memegang jabatan sebagai Kapoltabes Medan; Kadit Diklat Polda Sumbangsel meliputi wilayah Palembang, Bangka Belitung, Lampung, dan Bengkulu.
Sofyan Jacob juga pernah menjadi Kapolwil Pare Pare, Sulawesi Selatan, Kasubdit Lingkungan Masyarakat dan Swasta, Deputi Pengkajian Lemhanas; Widyaiswara Muda, Widyaiswara Madya Lemhanas; Pokja Bidang Sosial Politik Hukum Lemhanas.
3. Diangkat Jadi Kapolda Metro Jaya
Pada 2001, Sofyan Jacob diangkat sebagai Kapolda Metro Jaya dan menggantikan Inspektur Jenderal Mulyono Sulaeman yang memasuki masa pensiun.
Sebelumnya, Sofyan Jacob menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Selatan selama sembilan bulan.
Melansir dari buku yang sama, saat menjabat kapolda Metro Jaya, Sofyan Jacob mengawal proses pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dus) kepada Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sofjan mengakui itulah masa paling berkesan semasa bertugas di kepolisian.
Berkesan karena sebagai pejabat kunci yang mengendalikan keamanan ibu kota saat itu, Sofyan Jacob harus menentukan sikap.
Apakah ia akan tunduk kepada perintah Kapolri Jenderal Suroyo Bimantoro atau kepada Wakapolri Irjen Chaerudin Ismail?
Saat itu, Wakapolri Irjen Chaerudin Ismail mendadak diangkat Gus Dur sebagai pengganti Bimantoro pada awal Juni 2001.
Akhirnya Sofyan Jacob memilih tunduk kepada Bimantoro dan ternyata pilihannya itu terbukti benar.
Jabatan Sofyan Jacob sebagai Kapolda Metro Jaya berumur pendek.
Ia dilantik pada 8 Mei 2001, lantas berhenti pada 18 Desember 2001.
4. Pernah Terjerat Kasus 'Koboi' Umbar Tembakan
Pada Agustus 2011, nama Sofyan Jacob sempat jadi sorotan setelah seorang sekuriti, Ronny Sugeng melaporkankannya dengan kasus perbuatan tidak menyenangkan
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Sekuriti Perumahan Taman Resor Mediterania (TRM) itu mengaku diancam oleh Sofyan Jacob dengan celurit, golok, dan pistol yang diarahkan ke wajahnya.
Sofyan Jacob saat itu murka karena Ronny melarang seorang tamunya menggunakan fasilitas olahraga yang diperuntukkan bagi warga TRM.
Sebelum mengamuk ke Ronny, Sofyan Jacob ketika itu juga menghardik sekuriti lain, yakni Kasman dan Ponijan.
Bahkan, di hadapan banyak orang, Sofyan Jacob mengumbar tembakan ke udara sebanyak empat kali.
Sebanyak tiga selongsong peluru diamankan warga sebagai bukti tindak 'koboi' sang mantan orang nomor satu Polda Metro Jaya itu.
Baca Juga: Fakta-fakta Kasus Pria Koar-koar Penggal Kepala Jokowi, Mengaku Khilaf Hingga Dijerat Pasal Makar
Namun, Sofyan Jacob membantah seluruh tuduhan yang ditujukan padanya.
ia mengaku tidak pernah mengumbar tembakan dan mengancam aparat keamanan di kompleks perumahannya.
Selain itu, Sofyan Jacob ternyata juga pernah melakukan aksi serupa kepada koordinator landscape TRM, Zanim dan Jimmy Young.
Lagi-lagi Sofyan Jacob menunjukkan superioritasnya dengan membentak dan mengancam korban dengan pistol serta pedang.
"Ya, korban yang diancam oleh Pak Sofyan Jacob bukan hanya saya, tapi saksi-saksi lain yang sudah diperiksa polisi dulunya juga sempat diancam dia," tutur Ronny, Senin (19/12/2011), saat dihubungi wartawan.
Menurut Ronny, aksi "koboi" sang mantan Kapolda ini dilakukan sebanyak tiga kali yakni pada Maret 2011, 3 Juni 2011, dan 3 Agustus 2011.
5. Purnawirawan Polisi pro-Prabowo
Dalam Pilpres 2019, Sofyan Jacob bersama pada purnawirawan Polri dan TNI, masuk dalam kubu pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga.
Bahkan, Sofyan Jacob beberapa kali hadir dalam rapat tim Prabowo-Sandi yang digelar di Kertanegara 4.
Ia pernah angkat bicara terkait hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang memenangkan pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Baca Juga: Eggi Sudjana Dijerat Pasal Keonaran Usai Jadi Tersangka Dugaan Makar Atas Seruan People Power
Ia meminta kepada para relawan Prabowo-Sandi untuk tetap semangat hingga hasil hitung cepat resmi dikeluarkan KPU.
"Kita tunggu perhitungan lain sampai real count KPU. Jangan terpengaruh dengan quick count ini," ujar Sofjan di depan kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, (17/4/2019).
Ia mengatakan, berdasarkan laporan dari daerah, pasangan Prabowo-Sandi menang karena memperoleh 50 persen lebih suara.
Karena itu, ia meminta agar proses perhitungan dikawal.
"Saya minta kawal ketat itu. Kalau mereka katakan seperti ini, seolah benar. Saya libat tanda-tanda kecurangan ini sudah lama," katanya. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar