GridPop.ID - Belakangan ini, publik dibuat kagum dengan sosok wanita berhijab yang bersalaman dengan Paus Fransiskus.
Potretnya saat bersalaman dengan Bapa Paus itu menyita perhatian dunia.
Wanita tersebut rupanya berasal dari Indonesia yang tengah mengenyam pendidikan di Vatikan.
Baca Juga: Vanessa Angel Dikabarkan Pindah Agama, Sang Ayah Ungkap Hal Ini
Melansir dari VOA via Tribunnews.com, mahasiswi tersebut bernama Dewi Praswida asal Semarang yang sedang menyelesaikan program beasiswa di Vatikan.
Diwawancarai VOA sehari setelah tiba di Tanah Air, Dewi mengatakan apa yang dipelajari membuatnya semakin yakin bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk saling bersaudara.
Meski sudah bertemu Paus Fransiskus tahun lalu pada sebuah pertemuan orang muda sedunia di Vatikan, wanita kelahiran 1996 itu mengaku pertemuan ini sangat berkesan.
Bukan hanya karena selesaikan program beasiswa dari Nostra Aetate Foundation, Dewi baru mendapat semacam tiket untuk datang ke pertemuan dengan Paus.
"Saya presentasi terakhir di Dewan Kepausan Untuk Dialog Lintas Agama hari Selasa (25/6), ini bagian tugas akhir masa studi saya."
"Hingga setelah makan siang, tiket untuk bertemu Paus belum juga dikirim ke kantor Dewan Kepausan. Karena selepas makan siang dan kantor tutup jam 5 maka harapan bertemu Paus sangat sedikit."
"Jadi setelah makan siang, saya putuskan pulang naik bis, eh ternyata di tengah perjalanan Romo Markus WA saya bahwa tiketnya datang. Saya bersyukur sekali," ujar Dewi.
Sejak malam Dewi sudah berlatih menghafal apa yang akan disampaikannya kepada Paus dalam bahasa Italia.
"Sebenarnya hafalan dalam bahasa Italia yang sudah saya siapkan itu isinya adalah mengucapkan terima kasih karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Vatikan, dan saya ingin mengatakan agar Paus tetap semangat membangun dialog lintas agama."
"Tetapi entah mengapa begitu bertemu, saya terkesima dan semua itu tidak keluar. hehehehe.. Yang keluar justru bahasa Inggris : 'Saya Dewi, Muslim dari Indonesia, tolong doakan saya dan perdamaian di Indonesia'."
"Dan Paus menjawab pelan-pelan dalam bahasa Inggris 'ya tentu saya doakan'," papar Dewi selanjutnya.
Foto Dewi, yang dengan dua tangan menggenggam erat tangan Paus dalam pertemuan hari Rabu (26/6) lalu, mendunia.
Ia dinilai benar-benar mewakili dialog lintas agama yang ditekuninya sejak bergabung bersama jaringan Gusdurian dan kelompok persaudaraan lintas agama beberapa tahun terakhir ini.
"Saya mengikuti jaringan Gusdurian dan persaudaraan lintas agama karena saya melihat Indonesia yang tadinya beragam, akhir-akhir ini sedikit berubah. Ada pihak yang selalu merasa dirinya paling benar. Nah saya jadi tertarik ingin membangun jembatan," ujarnya.
"Mungkin niat saya terlalu ketinggian yaa, tapi saya ingin sekali mengurangi kecurigaan-kecurigaan yang akhirnya membuat orang mudah menghakimi dan berujung pada kebencian," dia menambahkan.
Selepas menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Negeri Semarang, Dewi melanjutkan pendidikan strata dua di Unika Soegijapranata di kota yang sama.
Meskipun fokus studinya pada isu lingkungan dan perkotaan, Dewi tertarik mempelajari lebih jauh tentang dialog lintas agama.
Berbekal rekomendasi dari Keuskupan Agung Semarang dan Konferensi Waligereja Indonesia WKI, ia mengajukan permohonan beasiswa ke Nostra Aetate Foundation di Vatikan.
Selama kurang lebih enam bulan, sejak Februari lalu, Dewi belajar tentang berbagai hal terkait studi lintas agama.
Dewi mengisahkan bagaimana ia kerap belajar satu kelas dengan sejumlah pastur dan suster Katholik, yang akhirnya justru menjadi teman baiknya.
"Nah ada satu kelas di Theology in Contrast di mana semuanya pastur dan hanya ada tiga perempuan, di mana dua orang diantaranya adalah suster dan satunya yaa saya! Bahkan pernah pada suatu hari kedua teman suster saya tidak hadir dan saya sendirian di kelas, diantara teman-teman pastur yang semuanya berjubah hitam. Tetapi mereka semua sangat baik pada saya. Jadi saya menilai mereka sebagai teman kuliah, yang hanya saja mengenakan seragam berbeda. Itu saja."
Dewi menyadari bahwa tidak semua orang dapat memahami pilihan studi yang ditekuninya. Apalagi setelah kemudian foto pertemuannya dengan Paus Fransiskus mendunia.
"Memang ada orang-orang yang curiga, lalu menuduh dan menilai saya sudah dikristenisasi. Ada juga yang mengkritisi karena saya salaman dengan yang bukan muhrim."
"Saya tunjukkan saja bahwa pertemanan saya dengan orang Kristen atau agama apapun, tidak akan menggoyahkan keimanan saya pada Islam."
"Menurut saya dengan menunjukkan hal itu jauh lebih efektif dibanding saya berusaha menjelaskan panjang lebar dan akhirnya berujung jadi perselisihan. Dengan demikian kita bisa menunjukkan bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk bersaudara," pungkasnya. (*)
Source | : | VOA Indonesia,Tribunnews.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar