Lebih lanjut. Hefa menyayangkan buaya Sinyulong tersebut ditembak mati.
Hal itu karena sangat jarang buaya Sinyulong ditemukan sepanjang enam meter.
Terlebih lagi, berdasarkan IUCN buaya Sinyulong termasuk dalam satwa yang dilindungi dengan status terancam punah.
Diketahui, buaya Sinyulong tersebut berjeni betina dengan usia puluhan tahun.
"Usianya itu kita perkirakan 30 sampai 50 tahun untuk ukuran seperti itu," terang Hefa.
Kasus temuan limbah plastik di dalam perut buaya bukanlah pertama kali terjadi di Jambi.
Hefa Edison mengatakan pada 2014, BKSDA Jambi pernah menemukan kasus kematian buaya akibat limbah plastik.
Limbah plastik tersebut ditemukan di dalam perut buaya yang mati.
"Kejadian tahun 2014 di Tungkal kami menemukan buaya mati, setelah diperiksa didalam perutnya kami menemukan sampah plastik, itu jenis buaya muara," ujarnya.
Aliran Sungai Batanghari dan anak sungainya menjadi habitat hidup pada buaya berdasarkan penelitian tahun 2011.
"Pernah dilakukan penelitian tapi saya tidak pegang datanya, penelitian itu menyebutkan kalau sungai Batanghari dan anak sungainya sampai ke hulu menjadi habitat buaya sinyulong," ujarnya.
"Yang mengherankan ditemukan buaya muara di hulu sungai Batanghari, seperti di Tebo," pungkasnya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Lampung |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar