GridPop.id - Letusan gunung berapi kerap memunculkan gas vulkanik, hujan abu, dan awan panas.
Tak sedikit yang mengalami kerugian atas gejala alam ini.
Hujan abu merupakan material sangat halus, disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Nah sebab sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin sampai ratusan kilometer (KM).
Pernafasan dan jarak pandang jadi terganggu karena kondisi ini.
Baca Juga: Menyayat Hati, Ibu yang Kepalanya Diinjak Anak Kandungnya Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya
Ini bikin bisnis transportasi, khususnya layanan penerbangan jadi kacau balau.
Sejumlah jadwal penerbangan akan dihentikan di sekitar lokasi terjadinya letusan gunung berapi.
Sebab utamanya adalah jarak pandang penerbangan yang terbatas.
Dua kejadian berikut ini merupakan kisah nyata bagaimana hujan abu mengusik bisnis transportasi penerbangan.
1. Gagal Mesin British Airways yang Misterius
Saat itu, 24 Juni 1982, pesawat British Airways terbang melintas dekat Jakarta.
Pesawat Boeing 747-236B itu tengah dalam perjalanan dari London menuju Auckland, Selandia baru.
Malam itu, kabut tipis bergelantungan di atas langit Jakarta saat pesawat tersebut melintas.
Mengejutkan, keempat mesin pesawat tiba-tiba mati.
Pesawat yang berisi 225 penumpang akhirnya mendarat darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma.
Untung semua yang ada di dalam pesawat selamat.
Si burung besi akhirnya dipaksa nginep selama 2 hari.
Ternyata, beberapa bulan sebelumnya, tepat 5 April 1982, Gunung Galunggung meletus.
Gunung yang berlokasi di Tasikmalaya ini nyemburin abu vulkanik hingga ke sejumlah kota meliputi Tasikmalaya, Bandung, Bogor, serta Jakarta jadi gelap gulita.
2. Jatuhnya Pesawat Rute Amsterdam-Tokyo
Tahun 1989 dunia dibuat geger.
Pesawat dengan rute penerbangan Amsterdam-Tokyo tiba-tiba jatuh.
Padahal burung besi ini mengangkut sejumlah penumpang.
Kabar naas ini terjadi pada 15 Desember 1989.
Usut punya usut, pesawat Boeing 747-400 alami hal naas usai 1 hari sebelumnya terjadi letusan gunung.
Sebenarnya, letusan terjadi di wilayah Alaska, tepatnya pada Gunung Rodoubt.
Fenomena alam ini menyebabkan muncul kabut debu vulkanik yang beredar di sekitar udara kawasan itu.
Hasil Penyelidikan British Airways
Hasil penyelidikan insiden pesawat British Airways bikin terkejut.
Terungkap, muncul kilatan api di depan kaca kokpit.
Fenomena ganjil ini disaksikan oleh Roger Greaves, Senior First Officer, serta Barry Townley-Freeman, Senior Engineer Officer.
Kejadian ini sebenarnya muncul saat kapten pilot, Eric Moody, tengah ke toilet.
Saking dahsyatnya kilatan tersebut, saat sang kapten pilot kembali ke kokpit, cahaya misteriusnya masih ada.
Pada momen inilah tiba-tiba asap pekat berbau belerang sempat menyelimuti kabin dan kokpit.
Awalnya sih dikira asap rokok dari seorang penumpang.
Sekedar info tambahan, saat itu belum ada larangan merokok di dalam kabin.
Menurut pengakuan penumpang yang duduk di sisi jendela, penutup keempat mesin pesawat mendadak bercahaya terang.
Seberkas kilatan cahaya memancar dari putaran cepat bilah mesin jet pesawat.
Kapten dan co-pilot segera langsung bereaksi.
Mereka segera mengaktifkan sistem pemadam kebakaran dan menghentikan aliran bahan bakar ke mesin.
Tahu nggak akibatnya apa?
Mesin seolah ngeluarin bunyi ledakan dan tahu yang terjadi berikutnya?
Mendadak, mesin mati total di ketinggian 11,278 km!
Pesawat siap-siap terjun bebas di atas permukaan laut.
Burung besi ini melayang nggak karuan, terbang bebas tanpa adanya daya dorong dari mesin.
Ketinggian pesawat berkurang tiap 15 km.
Akhirnya diputuskan buat ngaktifin frekuensi radio darurat.
Jarak 169 km ditempuh dalam waktu 23 menit, dengan mesin dapat dinyalakan pada saat-saat terakhir.
Beruntung pesawat akhirnya selamat mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Saat diselidiki, ternyata radar penerbangan nggak mampu ngelacak adanya ancaman serius.
Data informasi terkait jalur penerbangan yang dilintasi akhirnya kacau balau.
Baru diketahui, abu vulkanik ternyata bersifat kering.
Radar nggak terdeteksi karena dirancang buat ngebaca partikel basah dari awan dengan kandungan uap air.
Sejumlah pihak tentu awalnya nggak bisa gidentifikasi asap yang muncul di kabin.
Sebab bau belerang nggak punya banyak perbedaan bila dibandingin sama berbagai sisa pembakaran lainnya.
Apalagi, sebelum asap muncul, juga terlihat kilatan api baik di depan kokpit maupun dari mesin.
Ini nih yang bikin muncul kebingungan.
Hasil Penyelidikan Penerbangan Rute Amsterdam-Tokyo
Usai dikorek lebih dalam, akhirnya rekaman percakapan antara menara kontrol Anchorage dan pilot pesawat ditemukan.
Obrolan berlangsung saat pesawat berada di ketinggian 7,620 km di atas permukaan laut Alaska.
Percakapan berlangsung menjelang detik-detik kejatuhan pesawat.
Sang pilot mendadak minta bantuan saat pesawatnya bakal jatuh akibat awan.
Rupanya itu bukanlah awan biasa.
Itu adalah abu hasil letusan gunung.
Empat mesin pesawat mati usai percakapan menegangkan itu.
Sistem kelistrikan pesawat gagal bekerja.
Saat alami hal naas, sebenarnya umur pesawat baru 6 bulan.
Hasil investigasi nemuin mesin pesawat udah dilapisi partikel debu sangat halus dari abu vulkanik.
Lapisan ini bikin kacau sensor temperatur.
Jadi ya mesin ngaktifin mekanisme 'otomatis mematikan diri'.
Sebenarnya prosedur keamanan sistem pesawat nyediain mekanisme 'standby' mesin ketika terjadi jeda saat mesin utama mati.
Model macem ini juga ada di pesawat Boeing 747-400.
2 kali pilot berusaha keras buat ngehidupin mesin pesawat.
Namun nggak ada hasil apa-apa.
Kejadian ini bisa jadi contoh mutakhir nih.
Saat kejadian gunung meletus, baik penumpang maupun manajemen penerbangan harus lebih hati-hati.
Semoga kejadian macam ini nggak keulang lagi ya.(*)
Komentar