GridPop.ID - Jarang diekspos ke publik, kehidupan Tien Soeharto ternyata menyimpan keunikan tersendiri.
Salah satunya di mana saat wanita bernama Siti Hartinah tersebut lahir ke dunia setelah 12 bulan berada di kandungan.
Kejadian tersebut sempat membuat geger hingga ada kepercayaan ibu kandung Tien Soeharto harus ditempatkan di kandang kambing.
Dikutip dari Tribun Jatim, kisah Tien Soeharto itu diceritakan oleh putri mendiang, Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut.
Kisah tersebut tertuang dalam tulisan Tutut yang dipublikasikan dalam situs miliknya, tututsoeharto.id pada 10 Agustus 2018 lalu.
Diceritakannya, saat itu Tutut sedang duduk santai bersama ibu dan neneknya.
Tutut yang kala itu juga membaca koran, tiba-tiba kaget atas pemberitaan di sebuah koran.
Koran itu memberitakan adanya seorang wanita yang baru bisa melahirkan setelah hamil selama 10 bulan.
"Bu, ini ada berita, seorang ibu hamil 10 bulan lebih, anaknya baru lahir. Apa nggak berat ya bu?" tanya Tutut.
Mendapatkan pertanyaan itu, Tien kemudian menimpalinya.
"Apa iya tho wuk. Biasanya, kalau sudah sembilan bulan, nggak lahir-lahir, kan dokter langsung ambil tindakan operasi caesar," jawab Tien.
Mendengar percakapan Tien dan Tutut, sang nenek pun ikut menanggapinya.
Menurutnya, ukuran wanita mengandung selama 10 bulan masih sebentar.
"10 bulan lebih itu masih sebentar wuk. Ibumu itu, tidak mau keluar-keluar, betah di perut eyang," tulis Tutut menirukan ucapan sang nenek.
Sebab, menurutnya saat itu dirinya mengandung Tien selama 12 bulan.
"Wooo luwih (lebih) wuk. Ibumu itu tinggal di perut eyang 12 bulan. Pas satu tahun, baru mau keluar dari perut eyang," jawab sang nenek.
Mendapatkan jawaban dari neneknya seperti itu, Tutut langsung kaget.
"Subhannallah… Betul itu eyang satu tahun. Iya bu betul cerita eyang? Saya terheran mendengar cerita eyang," tulis Tutut.
Mendapatkan pertanyaan dari anaknya, Tien pun menjawabnya dengan canda.
"Yo ora ngerti ibu, wong lagi enak-enak nglingker di padarannya (di perut) eyang, didawuhi (disuruh) metu (keluar) sama eyang," kata Tien yang ditirukan Tutut.
Sang nenek tampaknya juga tidak mengetahui pasti penyebab Tien lama berada di kandungannya.
"Wong ibumu keenakan bobok di perut eyang, ke mana-mana digendong, dadi (jadi) wegah (males) metu (keluar)," jawab sang nenek.
Meski demikian, sang nenek mengaku saat itu hal tersebut menjadi sebuah peristiwa besar.
Bahkan, dia juga disarankan oleh seseorang segera pergi ke kandang kambing.
"Ya ramai wuk, akhirnya ada yang menyarankan pada eyang, supaya eyang dibawa ke kandang kambing, karena kan kambing 12 bulan baru melahirkan. Jadi oleh eyang kakung dibawa ke kandang kambing sebentar," kisah Tutut.
"Kandang kambing nya itu seperti rumah panggung, tapi pendek, jadi ada undak-undakan (tangga) nya. Eyang didawuhi (disuruh) eyang kakung duduk di situ. Setelah beberapa saat, eyang diajak pulang eyang kakung," jawab sang nenek yang ditirukan oleh Tutut.
Sehari setelah dibawa ke kandang kambing, Tien kemudian lahir ke dunia.
"Alhamdulillah, kersaning Gusti Allah (karena kehendak Allah), besoknya ibumu lahir, sudah agak besar, tidak seperti bayi baru lahir. Minum susune akeh banget," ucap sang nenek.
Sebagaimana diketahui, Tien Soeharto merupakan anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo yang lahir di Surakarta pada 23 Agustus 1923.
Tien Soeharto atau yang bernama lengkap Siti Hartinah itu telah tutup usia pada 28 April 1996 silam.
12 tahun setelah Tien meninggal, Soeharto menyusul sang kekasih hati ke keabadian pada 27 Januari 2008.
Soeharto dan Tien dimakamkan di mausoleum bagi keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2 bernama Astana Giribangun.
Dikutip dari Tribunnews.com, kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.
Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg, yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.
Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.
Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan. Yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III. (*)
Source | : | Tribunnews.com,tututsoeharto.id,Tribun Jatim |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar