Saat itu Sumiyati menemani anak dan cucunya berkemas untuk pulang sementara ke Tuban.
Namun, ia menyebutkan, Putri sempat adu mulut dengan Purwanto saat dirinya berada di luar kos.
Sesudah itu, Sumiyati mendengar suara terikan dari putri semata wayang tersebut.
"Saya dengar anak saya teriak 'Mama'. Saya lihat api sudah membakar anak saya (di dalam kamar kos)," kata Sumiyati saat ditemui di IGD RSUD Dr Soetomo, Selasa (15/10/2019).
Melihat kondisi anaknya yang terbakar, Sumiyati mengaku perasaannya campur aduk, antara panik menolong anaknya sembari menggendong cucu.
"Saya lihat api menyala di kepala anak saya, tak suruh ke kamar mandi. Saya panik gendong cucu. Awalnya cucu nggak nangis, lihat Mamanya nangis ikut nangis," lanjutnya.
Sumiyati mengaku tak tahu bahan bakar apa yang digunakan menantunya untuk mencelakai anak perempuan satu-satunya itu.
"Saya nggak tahu (bahan) yang dipakai, saya masuk dia (Purwanto) kabur pakai motor," ungkapnya.
Sumiyati menduga peristiwa tersebut sudah direncanakan menantunya, sebab saat ia mengantar anak dan cucunya, dirinya melihat menantu seperti menunggu kedatangan mereka.
"Saya bawa anak-cucu ke RSI Wonokromo naik becak. Anak saya ngeluh 'panas Ma, panas'. Saya juga disuruh ke kantor polisi. Mondar-mandir sendirian. Saya ngurus sendiri," tuturnya.
Saksi mata yang merupakan penjaga kos, Heri Suwardoyo menambahkan bahwa sebelumnya Putri disebut pergi ke rumah orang tuanya, namun tak pamit ke Purwanto.
"Kemarin istrinya pergi ke rumah orang tuanya gak pamit," kata Heru pada awak media di lokasi.
"Lalu tadi ke sini mau ambil barang barang ditemani sama ibunya," ujarnya.
Namun tak diduga, terjadilah percekcokan di dalam kosan berukuran 3 meter x 5 meter itu antara Purwanto dan Putri.
"Cekcoknya ya ada di dalam, mertuanya sekalian juga ada di dalam. Ya nggak terlalu bentak-bentak karena ada mertuanya," jelasnya.
Source | : | Tribun Jatim |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar