GridPop.ID - Kabinet baru Presiden Jokowi tengah menjadi perbincangan hangat saat ini.
Di tengah hangatnya pemberitaan mengenai susunan kabinet baru Presiden Jokowi, Menteri Ketenagaan Kerjaan RI, Hanif Dhakiri mengenang perjalanan politiknya.
Muhammad Hanif Dhakiri, S.Ag., M.Si. adalah Menteri Ketenagakerjaan pada Kabinet Kerja periode 2015-2019.
Ia pernah menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 dari PKB mewakili Jawa Tengah.
Hanif Dhakiri mewakili wilayah Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pemalang.
Di akhir masa jabatannya, Hanif Dhakiri yang sempat mengikuti porsesi perpisahan kabinet Jokowi-JK pada Jumat (18/10/2019) sempat berfoto dengan kedua pimpinannya tersebut beserta istri.
Ia duduk di tengah di antara keempat tokoh negara tersebut. Pria asal Semarang ini mengunggah foto ini ke akun Instagramnya dua hari yang lalu, Minggu (20/10/2019).
Dalam unggahan itu, ia kembali mengenang perjalanan politiknya dari awal. Ia menceritakan perjalanan politiknya di Indonesia dimulai dari tahun 1997.
Kala itu, ia dipanggil oleh Ketua Umum DPP PKB, Matori Abdul Djalil yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era Megawati Soekarnoputri.
"Awal 1997 saya berangkat ke Jakarta, dipanggil Pak Matori Abdul Djalil, Ketum @dpp_pkb pertama & Menteri Pertahanan Kabinet Ibu Megawati Soekarnoputri."
Sebagai orang desa, saat itu ia datang ke Jakarta hanya menggunakan angkutan umum.
Ia menceritakan, ongkos bis ekonomi Solo-Jakarta hanya Rp 8.000 dan momen harus tertidur di pintu tangga bus yang dipenuhi penumpang.
Saat itu Hanif hanya membawa tas ransel saat kuliah yang berisi beberapa potong baju, kaos dan celana jeans.
"Sbg mahasiswa yg baru lulus kuliah (1996), saya berangkat ke Jakarta naik bis trayek Solo-Jakarta dr Salatiga. Ongkos bis ekonomi waktu itu sekitar Rp. 8000 & saya tertidur di pintu tangga bus yg penuh penumpang."
"Bekal saya merantau ke Jakarta adalah tas ransel andalan waktu kuliah & berisi bbrp potong baju, kaos & celana jeans."
Setibanya di Jakarta, Hanif menginap di kantor ISIS (Institute for Social Institutions Studies) sebuah yayasan yang didirikan Ketum PKB pertama saat itu.
"Di Jakarta, saya tidur di kantor ISIS (Institute for Social Institutions Studies), yayasan sosial politik yg didirikan Pak Matori dkk di kawasan Cawang, Jakarta Timur."
Jauh dari kesan mewah, Hanif menceritakan kala itu ia tidur di atas meja kantor berbantalkan sebuah buku telepon yang tebal.
"Tidur di atas meja rapat kantor, persis di bawah kipas angin yg dipasang di langit2 krn Jakarta sangat panas."
"Berbeda dg kampung halaman saya, Salatiga, yg dingin krn berada di lembah Gunung Merbabu. Bantal tidur saya istimewa, namanya Yellow Pages, buku telepon sangat tebal, yg dulu pasti dimiliki rata-rata kantor & bahkan rumah tangga."
Dengan sejuta perjuangan dan pengorbanannya, ia berhasil sukses. Ia berhasil mencapai titik tertinggi menjadi seorang menteri.
"Tak menyangka, perjalanan hidup membawa saya yg orang kampung super biasa layaknya kebanyakan orang Indonesia, mjd pembantu Pak @jokowi dan Pak @jusufkalla sbg Menteri @kemnaker RI 2014-2019."
Hanif yang merupakan anak dari TKI Indonesia mengungkapkan rasa bangga dan syukurnya bisa bergabung dalam kabinet kerja Jokowi.
“Tentu ini kehormatan luar biasa buat saya dan keluarga besar di kampung, terutama Abah yang guru SD dan pekerja serabutan, serta Ibu yang pernah menjadi TKI di Arab Saudi selama sekitar 6 tahun,” kata Hanif.
Kisahnya itu kata Hanif penuh dengan hikmah, yakni siapapun harus percaya dengan cita-cita tinggi terlepas dari apapun latar belakangnya.
“Tak peduli kita ini siapa, dari mana berasal, apapun keyakinan dan agamanya, selama kita percaya kerja keras dan kebaikan, kita bisa menjadi apapun yang kita mimpikan,” kata Hanif.
Hanif juga menuturkan terima kasih kepada Jokowi dan Jusuf Kalla yang pernah mempercayakannya untuk duduk di kursi menteri. (*)
Source | : | Instagram,Wartakotalive.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar