Meski demikian, para pedemo tidak mendapatkan peluang karena pengamanan di Jerman terbilang ketat.
Namun, keesokan harinya Sjafrie melaporkan ke Soeharto terkait indikasi adanya sejumlah LSM internasional yang akan menggelar demonstasi.
"Saya melihat Pak Harto menyimak, tetapi tidak begitu menaruh perhatian secara fisik. Itu menunjukkan bahwa beliau tahu, tetapi tidak mau pikirannya terganggu," lanjut Sjafrie.
Yang dikhawatirkan atau yang ditakutkan pun akhirnya terjadi.
Saat itu, Soeharto beserta rombongannya harus berjalan sejauh 75 meter menuju tangga gedung Museum Wright.
Ketika itu, rombongan tersebut melihat adanya sejumlah orang yang berkerumun.
Mereka seakan tahu ada seorang kepala negara yang akan datang.
Awalnya, Sjafrie menganggap hal itu lazim. Namun, saat baru sepertiga jarak dilalui, mendadak orang-orang tersebut membuka baju mereka.
Sehingga, terlihat kaus-kaus mereka, dan bertuliskan "Fretilin".
"Ternyata mereka adalah demonstran yang menyamar sebagai kerumunan,"ungkap Sjafrie.
Mereka selanjutnya bertindak mulai anarkis. Tak hanya mengacungkan poster, mereka juga mulai ada yang melempar telur, kertas, hingga mengibarkan bendera Fretilin.
"Pak, ini ada yang mengganggu," kata Sjafrie yang dibalas Soeharto dengan tenang.
Source | : | Tribunnews.com,Tribun Jatim |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar