GridPop.ID - Lengsernya Soeharto menjadi satu peristiwa yang menandakan titik balik sejarah Bangsa Indonesia.
Mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan menjadi akhir dari masa Orde Baru dan awal dari masa reformasi.
Dalam sejarahnya, ada berbagai peristiwa yang menyertai lengsernya kepemimpinan Soeharto.
Mulai dari demo besar-besaran hingga kerusuhan sosial 1998 yang terpaksa merenggut ribuan nyawa tak berdosa kala itu.
Namun, di balik mundurnya Soeharto dan kerusuhan kala itu, siapa sangka presiden yang dijuluki sebagai Bapak Pembangunan itu sempat mendapat teguran sebelumnya.
Teguran tersebut datang dari orang kepercayaan Soeharto sendiri.
Dilansir dari Surya, disebutkan Soeharto menyesal telah mengabaikn teguran dari panglima ABRI kepercayaannya, Benny Moerdani.
Soeharto mengakui penyesalannya itu saat menjengung Benny di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta pada 2004 silam.
Bukan tanpa sebab, Soeharto mengabaikan teguran orang kepercayaannya itu.
Melansir dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' dan 'Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan' kara Julius Pour, teguran iti dilontarkan Benny pada tahun 1984.
Benny berani menegur junjungannya lantaran sejumlah menteri merasa riasu dengan anak-anak Soeharto yang sudah tumbuh dewasa.
Mereka risau karena anak-anak Soeharto mulai berbisnis tapi dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Benny memberanikan diri menegur Soeharto saat ia memiliki kesempatan bermain biliar dengan sang presiden.
Kala itu ia mengingatkan soal bisnis anak-anak Soeharto yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.
Disebutkan kala itu bisnis keluarga cendana bahkan merambah ke soal pembelian alutista yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI.
Soeharto tidak terima dengan teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar, dan setelah itu hubungan keduanya memburuk.
Entah ada hubungannya atau tidak dengan teguran tersebut, tak lama kemudian Benny Moerdani dicopot dari jabantannya sebagai Panglima ABRI.
20 tahun sejak insiden peneguran itu, tepatnya di bulan Agustus 2004, Soeharto menjenguk Benny yang sedang sakit keras.
Di depan Benny, Soeharto terang-terangan mengakui bahwa teguran yang pernah dilontarkan Benny pada 1984 ternyata benar.
Akibat bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Soeharto, pada 21 Mei 1998, kekuasaan Soeharto pun tumbang.
Memburuknya hubungan Soeharto dan Benny Moerdani setelah teguran itu dilontarkan, juga pernah diceritakan oleh Luhut Panjaitan.
Luhut Panjaitan yang pernah menjadi golden boys atau anak emas Benny Moerdani di lingkungan ABRI, memberanikan diri menanyakan kabar itu kepada Benny.
“Saya datangi kantor beliau, dan menanyakan kepada Pak Benny, rumor yang beredar di luar bahwa beliau sudah “jauh” dari Pak Harto,” tulis Luhut dikutip dari laman Facebooknya, Senin (22/7/2019).
Kepada Luhut, Benny mengakui insiden tersebut dan kondisinya setelah kemarahan Soeharto.
“Benar itu Luhut..!” kata Benny terus terang kepada Luhut.
Benny Moerdani menjelaskan bahwa Presiden Soeharto marah kepadanya, ketika dengan cara halus mencoba mengingatkan bisnis yang dijalankan oleh putra-putrinya yang sudah kelewat batas.
“Pak Harto lalu tiba-tiba meletakkan stik biliar dan masuk kamar. Sejak itu, Benny Moerdani tidak pernah dekat dengan Presidennya,” kata Luhut.
Meski begitu, Luhut juga mengingat ucapan Benny saat itu soal loyalitas terhadap Soeharto yang tak pernah berubah.
“Tetapi asal kamu tahu ya Luhut. Apapun sikap beliau, saya tidak pernah kehilangan kesetiaan saya kepadanya…!” ucap Benny kepada Luhut.
Pasca lengser dari kepemimpinannya, Soeharto tetap menjadi sosok yang terus disorot.
Diberitakan Tribun Jatim, 32 tahun memimpin Indonesia, Soeharto bukanlah sosok yang dibilang biasa saja.
Ada sisi lain Soeharto yang menarik untuk dikulik kembali dan layak diperbincangkan.
Dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories", Hajah Noek Bresinah Soehardjo menceritakan hari-hari akhir Soeharto menjelang wafatnya.
Salah satunya saat Soeharto yang sempat mengalami mimpi aneh ketika sedang dirawat di rumah sakit.
Kala itu Sohearto bermimpi dirinya menonton gamelan namun ada yang aneh, karena suasana acaranya gelap, dan penyanyinya berdarah Sunda Semua.
Selang dua tahun dari mimpi itu, Soeharto kemudian meninggal dunia. Tepatnya pada 27 Januari 2008. (*)
Source | : | TribunJatim.com,Surya |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar