Meski demikian Ruziah mengaku ia sesekali memantau anaknya di sekolah.
"Saya dulu full time menunggui dia di sekolah tapi itu hanya berlangsung 5 bulan saja. Saat dia bisa mandiri, saya hanya datang waktu dia istirahat saja. Itu karena ia masih kesulitan memegang sendok," ucapnya.
Ruziah lalu bercerita, Alif beberapa kali menanyakan soal kondisi tangannya mengapa berbeda dengan kebanyakan orang.
"Terkadang ia bertanya mengapa tangannya seperti itu. Saya memberitahunya dengan baik-baik. Meski sering saya menangis di dalam hati, tapi tidak ingin dia melihatnya," kata Ruziah.
"Saya selalu memberitahu dia jika Allah sayang dia. Syukurlah lambat laun dia bisa memahami kondisinya, meski sampai sekarang kami masih membawanya kontrol ke rumah sakit," ungkap Ruziah.
Menurut Ruziah, tak ada hambatan Alif bersekolah di sekolah umum. Teman-temannya menerima ia dengan baik.
Ruziah pun selalu berdoa kelak penyakit Alif itu ada obatnya sehingga sang putra bisa beraktivitas secara normal.
Sementara soal postingannya dan tulisan anaknya yang viral di media sosial, Ruziah mengakui awalnya ia tak ada niat untuk itu.
"Sebenarnya saya posting itu untuk suka-suka saja. Saya tak berpikir postingan itu malah jadi viral. Semoga kisah Alif dapat menginspirasi banyak orang," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar