GridPop.ID - Setiap manusia yang lahir ke dunia merupakan makhluk hidup yang memiliki keistimewaan masing-masing.
Begitu pula dengan seorang anak yang lahir dengan kebutuhan khusus atau difabel (different ability/kemampuan berbeda).
Hal itu pula yang dialami oleh seorang bocah bernama Melisa Diana Putri (9) yang merupakan siswi difabel SDN Tukul II Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolonggo, Jawa Timur.
Dikutip dari Kompas.com, Melisa bersemangat tinggi dan memiliki cita-cita sebagai guru meski kini dirinya belajar dan beraktivias menggunakan kaki.
Menulis di papan tulis saat mengerjakan tugas dari gurunya juga menggunakan kaki. Meski menggunakan kaki karena sejak lahir tak memiliki kedua tangan, tulisan Melisa rapi.
Kaki kirinya berfungsi menopang tubuh agar seimbang. Kaki kanannya lincah menulis di papan tulis.
Meski dengan keterbatasan yang dimiliki, Melisa merupakan siswi berprestasi di sekolahnya, dari juara lomba baca, tulis, dan hitung tingkay kecamatan. Ia juga menjadi duta sekolah karena kemampuannya bagus.
Kisah yang hampir sama dengan Melisa ini juga dialami oleh bocah berusia 9 tahun asal Malaysia bernama Muhammad Alif Firdaus ini.
Merujuk dari Tribun Solo, anak laki-laki ini didiagnosa mengidap penyakit kulit langka Epidermolysis Bullosa.
Penyakit tersebut membuat tangan Alif tidak seperti kebanyakan orang namun tak membuat dirinya merasa minder.
Atas didikan orang tuanya ia bisa menjalani kehidupan seperti anak-anak normal lainnya.
Ruziah Ismail, ibu Alif, dalam postingan di Facebook membagikan cerita seputar kelebihan putra kesayangannya itu.
Ia menyebut Alif adalah sosok anak yang istimewa, meskipun kondisi fisiknya tak sempurna.
Baca Juga: Percaya Mitos, Parto Patrio Akui Pernah Membuang Anak Kandungnya Demi Buang Sial: Ini Kejadian!
"Meskipun jari adik tak sesempurna anak-anak lainnya, tapi lihatlah tulisannya, rapi dan masih indah. Tulisan umi pun tak bisa secantik tulisannya," tulis Ruziah dalam postingan di akun Facebooknya.
Ia menambahkan, jari anaknya itu tumbuh abnormal dan melekat satu sama lain.
Kondisi tersebut tentu menyulikan untuk membuat tulisan indah, namun Alif membuktikan dengan kekurangannya itu ia masih bisa membuat bangga orang tua.
"ulit tentunya bagi adik untuk menulis karena jarinya yang melekat satu sama lain, tapi adik tetap semangat. Semoga adik senantiasa di bawah lindungan Allah," lanjut Ruziah.
Alif saat itu menulis dengan abjad Jawi atau abjad Arab yang diubah untuk Bahasa Melayu.
Tak disangka postingan Ruziah itu viral di Facebook dan sebagian besar netizen memuji hasil tulisan Alif. Mereka yang normal merasa tulisan Alif lebih baik dibanding tulisannya sendiri.
Dikutip dari mStar, Ruziah menjelaskan bagaimana bisa tulisan anaknya itu bisa sempurna bahkan mungkin melebihi tulisan orang normal sekalipun.
"Suatu hari seorang guru memintanya menulis ayat Al Fatihah, tetapi dia tidak bisa menyelesaikannya di sekolah karena terlalu panjang. Saat pulang ia meminta saya untuk membawakannya salinan untuk ditulis ulang," kata Ruziah.
Ruziah mengatakan, saat itu Alif sempat kesulitan menulis karena kondisi jarinya tapi anaknya memanfaatkan ibu jari untuk menjepit pensil.
Ruziah mengaku awalnya ia sempat ragu mengirimkan anaknya ke sekolah biasa sebab kulit Alif memang sensitif dan ia takut putranya itu memiliki risiko kesehatan.
"Alif kesakitan sejak lahir. Kulitnya sudah rapuh, jika kita memiliki banyak lapisan kulit ia tidak. Ini adalah penyakit genetik yang tidak ada obatnya," terang wanita berusia 40 tahun ini.
Ruziah lantas melanjutkan jika Alif adalah anak yang rajin dan tak mau berdiam diri di rumah.
Meski demikian Ruziah mengaku ia sesekali memantau anaknya di sekolah.
"Saya dulu full time menunggui dia di sekolah tapi itu hanya berlangsung 5 bulan saja. Saat dia bisa mandiri, saya hanya datang waktu dia istirahat saja. Itu karena ia masih kesulitan memegang sendok," ucapnya.
Ruziah lalu bercerita, Alif beberapa kali menanyakan soal kondisi tangannya mengapa berbeda dengan kebanyakan orang.
"Terkadang ia bertanya mengapa tangannya seperti itu. Saya memberitahunya dengan baik-baik. Meski sering saya menangis di dalam hati, tapi tidak ingin dia melihatnya," kata Ruziah.
"Saya selalu memberitahu dia jika Allah sayang dia. Syukurlah lambat laun dia bisa memahami kondisinya, meski sampai sekarang kami masih membawanya kontrol ke rumah sakit," ungkap Ruziah.
Menurut Ruziah, tak ada hambatan Alif bersekolah di sekolah umum. Teman-temannya menerima ia dengan baik.
Ruziah pun selalu berdoa kelak penyakit Alif itu ada obatnya sehingga sang putra bisa beraktivitas secara normal.
Sementara soal postingannya dan tulisan anaknya yang viral di media sosial, Ruziah mengakui awalnya ia tak ada niat untuk itu.
"Sebenarnya saya posting itu untuk suka-suka saja. Saya tak berpikir postingan itu malah jadi viral. Semoga kisah Alif dapat menginspirasi banyak orang," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar